TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

UI X Le Minerale Edukasi Anak Muda soal Pentingnya Ekonomi Sirkular

Lewat kampanye #PlastikkuUangku

Video edukasi plastik GPTech x Le Minerale: Kupas Tuntas Plastik (YouTube/Green Polymer Technology SCUI)

Sebagai perguruan tinggi yang memiliki kepedulian terhadap keberlangsungan lingkungan hidup, Universitas Indonesia senantiasa berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak limbah plastik.

Salah satunya dengan melakukan edukasi kepada para generasi muda soal pentingnya ekonomi sirkular lewat sebuah webinar bertajuk #PlastikkuUangku pada Sabtu, (5/3). Acara yang digelar Fakultas Teknik UI bersama Le Minerale ini hadir dengan tema “Ekonomi Sirkular: Solusi Limbah Plastik Indonesia dan Mitigasi Perubahan Iklim”.

Menghadirkan para narasumber yang ahli di bidangnya, acara ini tak hanya diikuti oleh mahasiswa yang tergabung dalam Green Polymer Technology (GPTech), tetapi juga terbuka untuk umum. Lalu, apa saja yang dibahas dalam webinar tersebut? Langsung simak artikelnya berikut ini yuk!

Baca Juga: Fakta Menarik Ekonomi Sirkular, Bisa Jadi Mitigasi Perubahan Iklim! 

1. Transisi ekonomi linier ke ekonomi sirkular

Ekonomi sirkular (Dok. Greeners.co)

Guys, kalian tahu gak sih kalau botol plastik bekas ternyata punya nilai ekonomis jika didaur ulang menjadi produk baru? Yap, plastik memang dirancang sebagai bahan yang dapat didaur ulang.

Untuk itu, ekonomi linier yang konvensional tak sesuai untuk mengakomodasi siklus hidup plastik dan mulailah beralih ke ekonomi sirkular. Sebelum membahas mengenai ekonomi linier dan sirkular lebih lanjut, ada baiknya untuk simak penjelasan dari kedua konsep tersebut yuk. Keep reading!

Ekonomi linier merupakan bentuk ekonomi yang menggunakan konsep "take-make-and dispose". Jadi sumber daya diambil, dibuat menjadi sebuah produk, digunakan oleh manusia, dan dibuang setelah masa pakainya selesai.

Sementara ekonomi sirkular adalah model industri yang mengambil konsep "make-use-recycle". Di mana industri tak hanya berfokus pada pengelolaan limbah, tetapi juga menjaga agar sumber daya dapat dipakai selama mungkin.

Oleh karena itu, ekonomi linier tak cocok dengan siklus hidup plastik karena kurang mempertimbangkan proses daur ulang. Nah, sampah yang tak dapat didaur ulang tentunya akan mengakibatkan akumulasi limbah dan polusi.

"Masyarakat perlu mengubah konsep ekonomi linier menjadi ekonomi sirkular. Stimulasi ekonomi akan mendorong banyak pihak untuk terlibat dalam pemanfaatan sampah daur ulang," kata dosen FTUI, Dr. Mochamad Chalid, S.Si., M.Sc. Eng., dalam webinar #PlastikkuUangku.

2. Fokus pada penanganan limbah dan penghijauan

Video edukasi plastik GPTech x Le Minerale: Kupas Tuntas Plastik (YouTube/Green Polymer Technology SCUI)

Dalam webinar #PlastikkuUangku, Dekan Fakultas Teknik UI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., juga mengatakan bahwa FTUI turut berpartisipasi dalam upaya mendukung kampanye ekonomi sirkular dengan berfokus pada program pemilahan sampah organik dan anorganik.

Hampir 90% sampah organik diolah menjadi pupuk kompos, sementara sampah anorganik diolah dan didaur ulang oleh bank sampah Depok. Untuk sampah berupa botol plastik, ada sebagian yang dicacah sebagai sampel penelitian mahasiswa dan dosen.

“Salah satu hasil penelitian ini adalah aspal berbahan sampah plastik multilayer. Ini merupakan bagian dari proyek percontohan pemanfaatan bahan limbah plastik bernilai rendah sebagai campuran aspal,” kata Prof. Heri.

3. Ekonomi sirkular dari sudut pandang industri

Plastik sebagai bahan baku punya kelebihan dan kekurangan jika dilihat dari sudut pandang industri. Dari sisi positif, plastik adalah bahan yang ringan, kuat, tidak mudah korosi, murah, dan rendah karbon. Sementara dari sisi negatif, plastik adalah komponen yang sulit dan lama terurai sehingga dapat menumpuk sampah.

Dengan adanya ekonomi sirkular, plastik dan sampah lainnya dapat didaur ulang dan digali nilai maksimum dari penggunaannya. Tentunya hal ini dapat berjalan jika ada infrastruktur dan mentalitas yang tepat dari semua stakeholder, yaitu regulator, produsen, pelaku usaha, asosiasi, dan masyarakat.

"Le Minerale sebagai produsen air mengambil sikap untuk menjadi katalis yang menyebarkan knowledge, meningkatkan kinerja industri daur ulang, dan membangun kemitraan hulu hingga hilir untuk ekonomi sirkular menjadi solusi nyata di Indonesia,” kata Ronald Atmadja, Direktur Keberlanjutan Le Minerale saat menyampaikan gambaran ekonomi sirkuler dari sudut pandang industri.

4. Industri daur ulang dibutuhkan dunia

Ilustrasi Daur Ulang Sampah Plastik (Dok. IDN Times)

Kamu pasti setuju kalau limbah plastik bisa menjadi masalah yang sangat besar bila tak dikelola dengan baik. Untuk itu, Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), Christine Halim mengatakan bahwa saat ini industri dan tenaga kerja di bidang daur ulang sangat dibutuhkan di dunia.

“Jadi lebih baik kita memilah sampah dan mengolahnya kembali. Itu pasti akan berguna dan bisa menghasilkan nilai ekonomis yang berguna bagi banyak orang,” ujar Christine.

Baca Juga: Apa Itu Ekonomi Sirkular? Pahami Konsep dan Keunggulannya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya