TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta-Fakta Kontroversial Film G30S/PKI yang Kini Ditayangkan Lagi

Masa Orde Baru film G30S/PKI selalu ditayangkan 30 September

Ilustrasi korban massal G30S/PKI (IDN Times/Rosa Folia)

Jakarta, IDN Times – Peristiwa Gerakan 30 September atau G 30 S menjadi momen sejarah yang diperingati setiap akhir September. Peristiwa ini diperingati untuk mengenang peristiwa berdarah, pembunuhan sejumlah jenderal yang kemudian dikubur dalam sumur sempit, yang dikenal sebagai Lubang Buaya.

Peristiwa sejarah G 30 S kemudian diabadikan dalam sebuah film karya Arifin C Noer berjudul "Pengkhianatan G30S/PKI". Film ini sempat menjadi tontonan wajib pada zaman Orde Baru. Hingga saat ini pun beberapa stasiun televisi masih ada yang menayangkan film tersebut.

Namun, beberapa waktu belakangan pemutaran film G30S/PKI kembali menuai perdebatan, salah satunya karena film tersebut dianggap tidak sesuai dengan fakta sebenarnya.

Kendati bermuatan sejarah, tapi banyak yang meragukan fakta-fakta dalam film yang diproduksi oleh Perum Produksi Film Negara pada 1984 ini.

Setelah sempat dihentikan penayangannya, dua stasiun televisi swasta yakni TvOne dan MNC TV kembali menyiarkan film gerakan 30 September (G30S). Jadwal promosi film tersebut sudah ditayang di media sosial masing-masing.

MNC TV lebih dulu menayangkan film G30S. Stasiun Tv milik Ketua Umum Perindo Harry Tanoesoedibjo ini menayangkan film G30S pada Rabu (29/9/2021) pukul 19.45 WIB. Sementara TvOne baru tayang pada Kamis, 30 September 2021 pukul 21.00 WIB.

Berikut rangkuman IDN Times tentang fakta kontroversi film "Pengkhianatan G30S/PKI".

Baca Juga: Kisah Asmara Pahlawan Revolusi Pierre Tendean yang Berakhir Tragis

1. Film Pengkhianatan G30S/PKI banyak menampilkan adegan kekerasan dan darah

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Dilansir dari berbagai sumber, film Gerakan 30 September tersebut memuat berbagai adegan kekerasan yang tidak layak untuk ditampilkan. Adegan tersebut di antaranya adalah ketika pasukan Tjakrabirawa menembak Jendral Ahmad Yani, wajah dari korban yang disilet oleh Gerwani, dan proses penyiksaan empat pahlawan yang ditangkap hidup-hidup.

Selain adegan kekerasan yang sudah disebutkan di atas, masih ada adegan yang seharusnya tidak diperlihatkan dengan jelas di film tersebut, yaitu ketika tubuh Ade Irma Nasution meneteskan darah.

2. Kejanggalan peta Indonesia di ruang Kostrad

IDN Times/Rosa Folia

Selain memuat adegan kekerasan yang tidak layak untuk ditonton, dalam film tersebut juga terekam kejanggalan peta Indonesia yang letaknya di ruang Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).

Dalam peta itu, Timor Timur turut menjadi bagian dari Indonesia. Padahal Sejarawan Asvi Warman Adam mengungkapkan, pada 1965/1966 Timor Timur belum terintegrasi dengan NKRI.

3. Beberapa adegan dalam film G30S/PKI tidak sesuai dengan fakta

IDN Times/Rosa Folia

Dalam film tersebut diceritakan bahwa pemimpin Comite Central Partai Komunis Indonesia (CC PKI) DN Aidit, merupakan seorang perokok. Padahal sebenarnya Aidit bukanlah seorang perokok. Selain tentang DN Aidit, ada adegan lain yang berbeda dengan fakta yang sebenarnya.

Film tersebut menggambarkan tentang siksaan yang diterima oleh para jenderal yang menjadi korban dalam peristiwa G 30 S, namun berdasarkan visum et repetum yang dilaporkan oleh sejarawan Ben Anderson, kondisi jenazah korban pada peristiwa tersebut dipenuhi luka tembakan.

Baca Juga: Fakta-Fakta tentang Lubang Buaya, Lokasi Penyiksaan 7 Jenderal

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya