TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BKKBN: Angka Pernikahan Dini di Indonesia Masih Tinggi

Angka pernikahan dini tertinggi di Sulawesi Barat

Instagram/@infokotamakassar

Malang, IDN Times - Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN, Dwi Listyawardani mengatakan, angka perkawinan anak Indonesia di bawah umur masih terbilang cukup tinggi.

"Angkanya di Indonesia itu masih sangat tinggi. Kalau dibandingkan untuk seluruh pasangan katakanlah 11,2 persen," katanya saat ditemui IDN Times di Hotel Swiss-Belinn, Malang, Jawa Timur, Selasa (16/7).

Baca Juga: Tradisi Jadi Alasan Pernikahan Dini di Sinjai, KPAI: Harus Berpihak pada Anak

1. Sebanyak 20 persen anak di bawah umur 18 tahun melakukan pernikahan dini

Instagram/@infokotamakassar

Dani menerangkan, angka pernikahan anak Indonesia di bawah umur menyentuh lebih dari 20 persen. Hal itu kata Dani, disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya faktor budaya, faktor tradisi, faktor agama, faktor kemisikinan dan faktor pergaulan bebas.

"Angkanya di atas 20 persen pernikahan anak itu di bawah 18 tahun. Jadi sebenarnya ini masih jadi keprihatinan kita semuanya," terangnya.

2. Faktor pergaulan bebas mendominasi terjadinya pernikahan dini

IDN Times/Axel Jo Harianja

Dani menjelaskan, faktor pergaulan bebas mendominasi terjadinya pernikahan di bawah umur. Hal itu juga diperkuat dengan tren permintaan dispensasi nikah oleh pengadilan agama yang merasa kasihan melihat perempuan di bawah umur yang telah hamil.

"Artinya, yang perempuan di bawah 16 tahun yang laki laki di bawah 19 tahun. (Pernikahan dini) Itu cenderung meningkat," katanya.

"Kan budaya kita harus di selamatkan dalam tanda petik melalui perkawinan. Memang penanganannya jadi kompleks. Tapi tetap harus ada jalan keluar untuk menyelesaikan itu," sambungnya.

3. Angka pernikahan dini di Indonesia tertinggi di Sulawesi Barat

Istimewa

Dani menjelaskan, pihaknya telah memetakan setiap perkembangan angka pernikahan dini di Tanah Air. Menurut dia, Sulawesi Barat menjadi wilayah yang memiliki angka pernikahan dini paling tinggi, dengan angka di atas 19 persen.

Kemudian ada di Kalimantan Selatan dan yang paling terendah ada di DKI Jakarta yang berada diangka empat persen. Hal itu karena, DKI Jakarta merupakan wilayah perkotaan yang memiliki faktor pendidikan yang lebih tinggi.

"Kalau di daerah tuh memang wanita itu banyak putus sekolah. Kalau sudah putus sekolah cenderung dinikahkan, disuruh menikah oleh orangtuanya, supaya tidak menjadi beban," ujarnya.

Baca Juga: 7 Risiko Kesehatan dari Pernikahan Dini, Tolong Pikirkan Baik-baik Ya!

4. Faktor kemiskinan juga mendominasi angka pernikahan dini di Indonesia

IDN Times/Axel Jo Harianja

Tak hanya itu, lanjut Dani, faktor kemiskinan juga mendominasi angka pernikahan dini di Indonesia. Ia juga menjelaskan, faktor kemiskinan itu mendominasi di Jawa Timur khususnya di Bondowoso. Menurut Dani, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Bondowoso juga bisa dijadikan sebagai penyebab banyaknya keluarga yang menikahkan anaknya di bawah umur.

"Itu maksudnya untuk mengurangi beban, tapi setelah kemudian karena ini perkawinan anak, cerai, datang lagi ke orangtuanya lagi, bawa anak pula. Jadi menambah sebetulnya beban. Jadi bukan solusi sebenarnya," jelasnya.

Baca Juga: Miris, Inilah 5 Kasus Pernikahan Dini di Sulsel Selama Tahun 2018

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya