TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cara Sejumlah Media Massa Bekerja di Tengah Pandemik COVID-19

Jurnalis harus menunjukkan mereka bekerja untuk publik

Ilustrasi kerja jurnalistik. IDN Times/Arief Rahmat

Jakarta, IDN Times - Pandemik virus corona atau COVID-19, menyebabkan sejumlah bidang pekerjaan memutuskan menerapkan work from home (WFH). Tak terkecuali, industri media massa. Hampir semua industri media massa ternama di Indonesia menerapkan WFH sejak pertengahan Maret 2020.

Namun, jika tetap harus bertugas ke lapangan, para pekerjanya dibekali beberapa alat pelindung diri seperti masker, hand sanitizer, dan harus menjalankan protokol kesehatan yang telah dianjurkan pemerintah.

Pemimpin Redaksi (Pemred) IDN Times, Uni Zulfiani Lubis mengatakan, selain memperhatikan aspek physical distancing dalam peliputan COVID-19, ada beberapa cara yang dilakukan IDN Times untuk tetap menjalankan etika-etika jurnalistik dalam meliput COVID-19.

"Salah satunya highlight-nya adalah memastikan tidak ada stigma. Dan kedua, adalah benar-benar lebih mengandalkan pada ahli, ilmuwan, scientist yang kredibel ketimbang misalnya memberikan panggung pada politisi," ujarnya dalam Talk Show virtual, Media Lab Dewan Pers dengan topik Reportase di Masa Pandemik COVID-19, Jumat (8/5).

Baca Juga: Jokowi Minta Rakyat Hidup Damai dengan COVID-19, Ini Penjelasan Istana

1. Media dan jurnalisnya in this together bersama publik

Dok. IDN Times

Menurut Uni, sapaan akrabnya, banyak negara-negara yang menjadikan pandemik COVID-19 dijadikan ajang kontestasi politisi. Bahkan, ada sejumlah negara yang menerapkan aturan pidana bagi warganya, jika mempertanyakan validnya data terkait COVID-19.

"Nah ini juga ancaman tidak hanya fisik, tapi keselamatan karena bisa terpapar. Karena ada di garda terdepan tapi kita juga bisa masuk penjara," katanya.

Uni melanjutkan, selama pandemik COVID-19, terdengar pula jargon 'we are all in this together'. Namun, Uni memandang berbeda.

"Buat media adalah, kita ini tidak in this together dengan politisi, tidak juga dengan scientist," katanya.

Terkait scientist, tak jarang mereka berpihak mau pun di-hire oleh pemerintah. Karena hal itu sama saja condong mendukung pemerintah. Dalam memproduksi berita selama COVID-19, IDN Times lebih sering mengangkat kisah-kisah masyarakat di tengah COVID-19. Seperti tenaga medis, penggali kubur, mau pun warga lainnya yang terdampak COVID-19.

"Media dan jurnalisnya itu in this together bersama publik, bersama warga. Tapi kembali ke awal lagi, kita harus menyelamatkan nyawa manusia," ucapnya.

2. Menghasilkan berita yang dibutuhkan pembaca

Pemred Femina, Petty S Fatimah (Screenshot Zoom)

Cerita menarik lain datang Pemred Femina, Petty S Fatimah. Pada awal Maret 2020, pihaknya membuat survei online berjudul "Corona di Kehidupan Saya". Survei itu diisi oleh 1.300 responden yang tentunya perempuan.

Survei itu diisi oleh 63 persen perempuan dengan usia 25-39 tahun, 42 persen pekerja, 34 persen Ibu Rumah Tangga dan seterusnya. Rata-rata dari mereka memiliki anak dan pengeluaran mereka per bulan minimum Rp3,5 juta. Hasilnya, para responden membutuhkan informasi dari media sosial dan media massa.

"Kita bisa lihat di sini bahwa ini perempuan, ternyata informasi yang dibutuhkan itu benar-benar yang basic necessity yang mereka butuhkan untuk menjalankan hidup ini. Mereka cemas, mereka ragu, mereka takut dan segala macam. Maka yang pertama adalah tindakan pencegahan," jelasnya.

Para pembaca, kata Petty, membutuhkan informasi tindakan pencegahan terhadap COVID-19 baik bagi diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.

"Lalu kedua adalah, tindakan pencegahan dari pemerintah. Jadi, mereka tetap dengar kok pemerintah bicara apa," katanya.

Dan ketiga, informasi mengenai perkembangan dan jumlah orang yang terjangkit virus serta bagaimana cara hidup sehat.

"Nah, dari informasi ini kita melihat bahwa sebenarnya media ini punya opportunity baru dari tantangan yang sekarang ada. Kalo dalam karakter media yang kami jalankan adalah sekarang kita membuat informasi dalam bentuk visual," ungkap Petty.

3. Menyasar kerumunan orang-orang, khususnya di media sosial

Ilustrasi pers (IDN Times/Arief Rahmat)

Atas dasar itu, Femina kata Petty, berusaha hadir di kerumunan orang-orang. Salah satunya, Instagram.

"Maka kami sekarang setiap hari ada live Instagram yang berbicara tentang banyak sekali topik yang kita bahas. Begitu juga misalnya di media sosial lain, live Facebook misalnya atau di Twitter dan di YouTube," ujarnya.

Terakhir, Femina berupaya menghasilkan berita-berita mengenai inspirasi, edukasi dan menjadi media yang dibutuhkan.

"Kami ini tipenya media dengan konten feature bukan straight news. Jadi, kita memang bisa membuat konten-konten tanpa perlu ketemu orang. Memang sudah gak bisa ketemu orang, tapi ada banyak cara untuk kita menemukan bahan-bahan untuk kita sampaikan ini," jelas Petty.

Baca Juga: Maros Optimistis Bebas dari COVID-19 di Akhir Mei

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya