TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ekonomi Terguncang Kala Pandemik, Pramugari Nyambi Berjualan di Kabin

Pramugari yang harusnya jadi pegawait tetap terpaksa di-PHK

Ilustrasi Pramugari (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Pandemik virus corona atau COVID-19 seakan menjadi momok bagi para pekerja. Bagaimana tidak, pendapatan beberapa pekerja harian atau usaha mandiri semakin berkurang.

Hal ini juga disebabkan imbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah, hingga penerapan aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah.

Masalah ini nyatanya juga sangat berdampak bagi pramugari. Salah satu pramugari berinisial GR mengatakan, sebelum wabah COVID-19 meluas di Indonesia, sejumlah rute penerbangan sudah mulai ditutup. Hal itu juga menyebabkan jam terbang seluruh pramugari menjadi berkurang.

"Lama kelamaan karena adanya larangan terbang, karena krisis manajemen keuangan, dilakukanlah pemotongan gaji," ucap GR kepada IDN Times, Senin (11/5).

Baca Juga: Tak Hanya Pilot dan Pramugari, Ini 5 Profesi Lain yang Ada di Bandara!

1. Pemotongan gaji dilakukan berdasarkan jenjang karier pegawai

Ilustrasi Pesawat (IDN Times/Arief Rahmat)

GR menjelaskan, pemotongan gaji dilakukan sesuai jenjang karier pegawai. Untuk gaji pramugari, dipotong 20 persen. Kemudian Senior Manager 25 persen dan pihak direksi dipotong 50 persen. Pemotongan gaji, kata GR, sangat berpengaruh bagi kesejahteraan pramugari.

"Banyak dengar pramugari-pramugari yang lain, kasihan ya yang sudah pada ambil cicilan ini dan itu. Penghasilan tetap jalan terus, tapi uang terbang gak ada, gaji dipotong. Jadi, berpengaruh banget sih," ungkap GR.

Meski begitu, GR menegaskan, keputusan pemotongan gaji yang dibuat oleh perusahaan tidak menyalahi aturan.

"Tetap sesuai prosedur, ada surat resminya juga. Dia kirim e-mail ke kita," katanya.

2. Hanya bisa menerima kenyataan yang ada

Ilustrasi Pramugari (IDN Times/Arief Rahmat)

Sejak aturan larangan penerbangan diberlakukan pemerintah pada 24 April 2020, GR pun tidak bekerja sementara. Untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia mengubah pola hidupnya.

"Yang biasa belanja misalnya 10, sekarang jadi 5 gitu. Ya ngirit-ngirit lah. Buka usaha sempat kepikiran, sih, cuma belum terealisasi saja," ucapnya.

Dia mencontohkan, semenjak pengurangan jam terbang, beberapa pramugari mencari peruntungan dengan berjualan masker, hingga makanan di dalam kabin pesawat. Tapi patut dicatat, GR tidak menjajakan dagangannya kepada para penumpang namun kepada sesama awak kabin.

"Jadi sambil terbang, sambil nawar-nawarin," katanya.

Dalam menyikapi kebijakan pemotongan gaji, GR hanya bisa menerima kenyataan yang ada.

"Paling berkeluh kesah sendiri, tapi gak bisa apa-apa juga. Masalahnya, ini (COVID-19) kan krisis dunia ya, jadi cuma bisa terima saja," ujar GR.

3. Beberapa pramugari terpaksa di-PHK

Ilustrasi PHK (IDN Times/Arief Rahmat)

Perempuan berusia 25 tahun ini baru bekerja sebagai pramugari selama satu tahun. Dia juga terikat kontrak kerja selama dua tahun. Dia bersyukur di tengah wabah COVID-19 ini, ia masih dipertahankan perusahaannya.

GR menceritakan, ada beberapa pramugari yang kena pemutusan hubungan kerja (PHK). Padahal, banyak dari mereka yang menunjukkan kinerja bagus, seperti tidak pernah absen untuk terbang.

"Orang-orang terpilih ini yang harusnya diangkat jadi pegawai (tetap). Nah, karena adanya pandemik ini mereka berhenti. Padahal mereka sudah berjuang dua tahun, absen 0 poin, diberhentiin secara begitu saja," jelasnya.

Baca Juga: Curhat Pramugari Kala Pandemik: Nyawa Kami Cuma Dihargai Rp500 Ribu!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya