TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Veronica Koman: Pemerintah Indonesia Coba Hancurkan Kredibilitas Saya

Vero berharap Pemerintah Australia ikut menekan Indonesia 

Twitter/@veronicakoman

Jakarta, IDN Times - Veronica Koman telah ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan provokasi mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur. Oleh sebab itu, pihak kepolisian masih memburu Veronica yang kini diketahui tengah menempuh studi di Australia. 

Sejauh ini Polri telah meminta bantuan Interpol untuk mengeluarkan red notice dan menangkap perempuan yang berprofesi sebagai pengacara publik itu. Namun, untuk kali pertama, Vero berbicara kepada media dan tayang di program stasiun berita ABC, Australia. 

Dalam program "The World", Vero mengatakan tidak akan berhenti untuk menyuarakan bagaimana situasi di Papua. Wawancara itu tayang pada Kamis (3/10) malam dengan judul "This is Bigger than US: activist vows to keep reporting on West Papua." Melalui akun media sosial, Vero mengungkapkan alasannya tetap menyuarakan isu Papua, padahal di saat yang bersamaan ia tak melihat peristiwa tersebut secara langsung. 

Berikut ulasannya yang berhasil dirangkum oleh IDN Times

Baca Juga: Lahir di Medan, 5 Hal tentang Veronica Koman Buronan Kasus Papua

1. Veronica Koman mengaku khawatir terhadap keberadaan keluarganya di Jakarta usai ia diburu Polri

IDN Times/screenshot

Dalam sesi wawancara itu, Vero mengatakan, Papua khususnya Papua Barat, mengalami masa kegelapan yakni tindakan kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Vero mengaku khawatir terhadap keselamatan keluarganya di Jakarta, lantaran ia sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polri. 

Akan tetapi, ia menilai keselamatannya tidak seberapa dengan masalah yang tengah dihadapi masyarakat Papua Barat saat ini.

"Saya tentu saja khawatir dan saya berharap bahwa Pemerintah Australia tidak akan bekerja sama dengan Indonesia menyangkut semua tuduhan bermotivasi politik ini. Itu karena Pemerintah Indonesia membungkam siapa pun yang berbicara tentang Papua Barat," ungkap Vero.

2. Veronica meminta Pemeritah Australia membuka akses bagi jurnalis asing untuk mengunjungi Papua Barat

Twitter.com/@veronicakoman

Dalam wawancara itu, Vero juga meminta kepada Pemerintah Australia, agar membuka akses bagi jurnalis internasional serta pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar bisa mengunjungi Papua Barat. Menurut Vero, setidaknya ada 55 ribu orang yang terlantar di Papua barat.

"Dan saya pikir, kepedulian Hak Asasi Manusia berada di atas hak suara. Jadi saya pikir, Australia harus melakukan lebih karena kita melihat krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya saat ini," tutur dia. 

3. Veronica menilai Pemerintah Indonesia mencoba untuk menghancurkan kredibilitasnya

IDN Times/screenshot

Saat diminta pendapatnya soal tudingan sebagai provokator kerusuhan di Papua, Vero menepis hal tersebut. Ia menilai itu merupakan salah satu cara Pemerintah Indonesia untuk menjatuhkan kredibilitasnya. 

"Saya pikir itulah cara Pemerintah Indonesia mencoba menghancurkan kredibilitas saya. Bahwa mereka tidak dapat menolak data saya (yang diunggah ke media sosial), semua video rekaman dan foto. Sehingga, mereka mengejar kredibilitas saya sebagai gantinya. Sehingga, orang lain tidak akan mempercayai informasi yang dikeluarkan," ungkap Vero.

Kuasa Hukum Komite Nasional Papua Barat (KNPB) itu melanjutkan, ketika masyarakat Indonesia mulai terprovokasi dengan segala informasi yang ia berikan, justru menjadi titik awal kemenangan bagi dirinya.

"Yang merupakan awal bahwa orang Indonesia akhirnya mulai mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi di Papua Barat. Jadi, mereka memiliki versi alternatif lain selain versi pemerintah," tutur dia.

4. Pemerintah Indonesia dinilai Vero berusaha membuat orang kapok memberikan informasi mengenai Papua

Twitter/@VeronicaKoman

Selain itu, Pemerintah Indonesia kata Vero, juga berusaha membuat orang kapok kepada orang lain yang berbicara tentang Papua Barat. Ia mencontohkan, dalam sebuah jumpa pers ke publik, hanya Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) yang boleh menyampaikan soal informasi Papua Barat.

"Dan dia juga mengatakan itu terserah kita pemerintah, apakah akan mengumumkan jumlah kasus di Papua Barat atau tidak, jumlah korban jiwa di Papua ada atau tidak," katanya.

"Sekarang saya juga melihat bahwa aktivis terkemuka Indonesia Dandhy Laksono dia ditangkap beberapa hari yang lalu karena cuitannya (soal) Papua Barat. Saya pikir itu adalah salah satu taktik chill effect yang dimiliki Pemerintah Indonesia," katanya lagi. 

5. Vero mengaku sudah menyaring informasi mengenai Papua yang ia unggah di media sosial

IDN Times/screenshot

Aktivis HAM itu mengaku tak sembarangan mengunggah materi foto dan video mengenai Papua di media sosial. Ia mencontohkan ketika memperoleh informasi tentang kejadian di Wamena, Papua, ia tak mengunggah semua informasi itu. 

Vero menyaring informasi tersebut agar tidak menimbulkan konflik tehadap orang asli Papua maupun para pendatang.

"Itulah yang kami paparkan kepada dunia, apa yang sebenarnya terjadi di Papua Barat. Karena ada perang lama mengenai informasi tentang Papua Barat sejak tahun 60-an hingga sekarang," tutur dia. 

Perkembangan teknologi, kata Vero, juga sangat membantu kinerjanya dalam memberikan informasi kepada orang-orang yang tidak dapat memperoleh informasi tersebut

"Saya dapat membantu membagikannya kepada dunia dan saya melihat bahwa jurnalis nasional dan internasional yang tidak dapat mencapai dasar Papua (ikut terbantu). Merkea dapat gambaran berdasarkan apa yang saya laporkan, setidaknya mereka terinformasikan mengenai apa yang terjadi di sana," kata dia lagi. 

6. Pihak keluarga sudah meminta agar Vero tak lagi mengunggah materi mengenai Papua

Twitter/@papua_satu

Dalam kesempatan itu, Vero mengaku bahwa orang tuanya telah memohon kepadanya agar mengentikan tindakannya tersebut.

"Saya memberi tahu orang tua saya, tolong, tolong bersabar karena ini (masalah Papua) lebih besar dari kita," ungkapnya.

Menurutnya, harus ada orang yang mampu menyuarakan suatu hal, khususnya masyarakat Papua Barat mengalami tindakan kekerasan atau pelanggaran HAM.

"Itulah sebabnya saya pikir orang perlu terus berbagi apa yang terjadi pada mereka untuk mencegah pelanggaran yang lebih parah," katanya.

Baca Juga: Jadi Buron, Veronica Koman Disebut Mulai Berkomunikasi dengan KBRI

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya