TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PLTA Batang Toru Dinilai Tidak Terlalu Penting untuk Dilaksanakan

Biaya mahal dan mengancam populasi Orangutan

IDN Times/Daffa Maududy Fitranaarda

Jakarta, IDN Times - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air di Batang Toru, Sumatera Utara, melahirkan pro kontra yang cukup serius. Sebab proyek tersebut memakan biaya yang sangat besar dan juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.

"Batang Toru akan mengancam spesies kera besar paling baru diketemukan, Orangutan Tapanuli, ke ambang kepunahan. Dan manfaat yang diklaimnya juga dilebih-lebihkan," kata David W. Brown, selaku Principal B2E2 dan Konsultan Asian Development Bank (ADB) dan the Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta Pusat, Rabu (23/1).

Baca Juga: Kurangi Emisi Karbon, PLTA Batang Toru Wujud Investasi Hijau Indonesia

1. Sumatera Utara tidak mengalami defisit elektrifikasi

IDN Times/ Daffa Maududy Fitranaarda

Pemadaman bergilir yang terjadi di Sumatera Utara sudah rentan terjadi. Provinsi ini bahkan dikatakan memiliki surplus energi listrik.

Dengan tambahan pembangkit listrik peak power bertenaga gas di 2017 dan perbaikan lain dalam infrastruktur jaringan, pembangunan Batang Toru dinilai tidak meningkatkan suplai energi di provinsi ini.

2. Sumatera Utara memiliki pembangkit listrik yang cukup untuk masa depan

IDN Times/ Daffa Maududy Fitranaarda

Dengan 80 pembangkit listrik baru dan belum termasuk Batang Toru yang akan dibangun, Sumatera Utara tidak memerlukan pembangkit listrik baru untuk masa yang akan datang hingga tahun 2028.

Dari 80 pembangkit listrik ini, 9 menggunakan gas, 7 merupakan pembangkit listrik geothermal, 39 adalah mini-hydro yang memiliki daya di bawah 10 MW, 6 menggunakan batu bara, 7 menggunakan biogas atau biomass, 2 menggunakan tenaga matahari, dan 10 merupakan PLTA ukuran penuh atau pump storage.

Sebanyak 49 pembangkit listrik baru atau yang berada dalam pengembangan ini akan menghasilkan daya 4x lipat kapasitas produksi tenaga dari kapasitas Batang Toru sebesar 510 MW.

3. Kontraktor yang dinilai buruk

IDN Times/ Daffa Maududy Fitranaarda

Proyek Batang Toru menggunakan jasa kontraktor dari Tiongkok, Sinohydro, yang memiliki rekaman jejak buruk di seluruh dunia perihal pembangunan.

Selain itu Sinohydro dinilai kerap melakukan korupsi dan penipuan, sehingga dikhawatirkan proyek tersebut merupakan sebuah cara bagi mereka untuk melakukan hal-hal negatif tersebut.

4. Mengancam populasi Orangutan Tapanuli

instagram.com/f_hadi

Proyek ini juga dinilai mengancam populasi Orangutan Tapanuli, karena spesies tersebut hidup di dataran rendah dim mana infrastruktur terkait proyek Batang Toru akan dibangun, serta tiga area dataran tinggi yang berdekatan.

Dapat dikatakan Orangutan Tapanuli sangat rentan karena populasinya yang terfragmentasi, dan proyek Batang Toru akan memengaruhi populasi Orangutan tersebut.

Baca Juga: Karena PLTA, Orang Utan Tapanuli Terancam Punah.... 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya