TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

9.390 Anak Terpapar COVID-19, Ada 100-200 Kasus Positif per Hari

Pandemik COVID-19 rentan membuat anak juga stres

Ilustrasi anak-anak (Dok. IDN Times/Sabilla Naditia/bt)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan mengungkapkan sekitar 8,3 persen dari akumulasi positif COVID-19 adalah usia anak. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Jiwa Dr dr Fidiansjah Sp.KJ, MPH merilis pada data per Minggu 2 Agustus tercatat ada sekitar 9.390 anak terpapar COVID-19.

"Jika menyangkut anak yang merupakan sepertiga dari populasi penduduk Indonesia. Ternyata angkanya cukup mencengangkan, ada sekitar 8,3 persen dari seluruh akumulasi yang sudah dikatakan positif COVID-19 adalah usia anak," ujar Dr. Fidiansjah dalam webinar Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, Rabu (5/8/2020).

Baca Juga: Curhat Haru Anak-anak Korban COVID-19, Begini Respons Menkes Terawan  

1. Tren kasus positif COVID-19 fluktuatif 100 sampai 200 kasus per hari

Ilustrasi anak-anak (IDN Times/Dwifantya Aquina)

Fidiansyah menambahkan dari akumulasi tersebut anak yang masih dalam perawatan ada 8,1 persen. Dan 8,7 persen dari akumulasi kasus pasien yang sembuh adalah populasi anak, namun yang disayangkan sekitar 1,9 persen harus berujung dengan kematian. 

"Tren kasus positif COVID-19 pada anak sejak 1 Juli sampai 2 Agustus 2020 datanya fluktuatif 100 sampai 200, tapi dari angka rendah 101 kasus per hari dan terbanyak 213 kasus per hari," ujarnya.

2. Pandemik COVID-19 membuat anak rentan mengalami gangguan kesehatan jiwa

Ilustrasi anak-anak (IDN Times/Sunariyah)

Tidak hanya masalah kesehatan, pandemik COVID-19 juga membuat rentan mengalami gangguan kesehatan jiwa. Fidiansyah membeberkan hampir 47 persen anak sudah merasa bosan berdiam diri di rumah.

Kemudian sebanyak 35 persen khawatir ketinggalan pelajaran, lalu 15 persen merasa tidak aman, 34 persen merasa takut terinfeksi virus COVID-19.

"20 persen merindukan teman-temannya, dan 10 persen di antaranya anak-anak merasa khawatir penghasilan orang tua berkurang karena pandemik COVID-19," imbuhnya.

3. 68 persen anak memiliki akses pembelajaran jarak jauh

Ilustrasi anak-anak (IDN Times/Dwifantya Aquina)

Kemenkes juga mencatat selama pembelajaran jarak jauh tersebut, 32 persen anak tidak mendapatkan program belajar selain itu sebanyak 68 persen anak memiliki akses. Kemudian ada 30 persen anak kesulitan memahami pelajaran, serta 21 persen anak tidak memahami instruksi dari guru.

"Anak di rumah juga meningkatkan kekerasan fisik terhadap anak sebanyak 11 persen, dan kekerasan verbal pada anak sebesar 62 persen, hal ini dikarenakan orang tua merasa beban bertambah saat anak melakukan pembelajaran jarak jauh," terangnya.

Baca Juga: 10,5 Persen Penderita COVID-19 di Semarang Yakni Usia Anak-anak 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya