TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peneliti Indonesia dari Cambridge: Vaksin COVID-19 Siap 1 Tahun lagi

Pembuatan vaksin butuh waktu lama karena penuh risiko

Ilustrasi Corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Doktor Biokimia Universitas Cambridge, Vincentius Aji mengungkapkan, vaksin COVID-19 yang saat ini masih dikembangkan para peneliti seluruh dunia diperkirakan akan siap dalam waktu 12 hingga 18 bulan.

"Satu tahun itu jangka waktu optimis, bisa mungkin lebih lama," ujarnya dalam Webinar Big Questions Forum 8, Minggu (3/5).

Baca Juga: Peneliti Indonesia dari Oxford Ungkap Temuan 100 Vaksin COVID-19  

1. Vincentius Aji siapkan vaksin sudah tiga minggu lalu

(Doktor Biokimia Universitas Cambridge Vincentius Aji) / Tangkapan layar Webinar Big Questions Forum 8

Dalam pengembangan metode pembuatan vaksin yakni recombinant, vector, sub unit serta nucleic acid vaccine saat ini masih dalam tahap penelitian.

"2 sampai 3 minggu terakhir saya siapkan vaksin dengan berbagai strategi, kami masih mencari dampak produksi protein, dan bagi saya gak peduli vaksin mana yang terbaik, kalau disetujui fine saja," ujarnya.

2. Strategi yang digunakan dengan cara memasukkan protein virus ke tubuh manusia

Pasien COVID-19 yang dirawat di RSUD Klungkung dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang, Rabu (29/4). (Dok.IDN Times/Istimewa)

Aji mengungkapkan, strategi yang digunakan yakni dengan cara memasukkan protein virus ke tubuh manusia. Untuk mempersiapkan vaksin, dia akan memperkenalkan protein virus ke tubuh manusia.

Dia memaparkan protein milik sang virus ini seperti spike dan membrane protein yang diproduksi di tabung reactor, disterilkan dan langsung disuntikkan ke manusia, tanpa produksi virus, namun perlu produksi virus lebih dari satu dan adjuvant.

"Ini yang sedang fokus saya kerjakan dan ini strategi yang saya sedang teliti apakah uji klinis ini bisa menimbulkan kekebalan tubuh. Teorinya, protein tidak dapat berkembang biak di dalam sel manusia sehingga tidak bisa mematikan. Tetapi ada risiko respons imun yang berbahaya sehingga masih diuji," terangnya.

Baca Juga: Data Lengkap Kasus Virus Corona di Indonesia Per Minggu 3 Mei 2020

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya