Perang Siber di Pilpres 2019, Media Dituntut Jadi Penengah
Media harus memberitakan kedua kubu secara netral.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Perang media sosial jelang Pilpres 2019 diprediksi akan semakin masif. Masing-masing kubu akan menggunakan platform media sosial dalam melakukan propaganda demi memenangkan hati publik.
Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi mengatakan, media punya peran yang sangat penting untuk menjadi juru penengah dalam perang siber kedua kubu.
1. Media harus memberitakan secara netral
Ismail mencontohkan pola perang siber di media sosial Twitter. Menurut dia, biasanya akan ada pola retweet yang menunjukkan keberpihakan pada salah satu kubu. Ada pula pola mention yang saling menyerang dan mencaci dalam satu grup yang sama.
Sementara itu, ada cluster tengah di istilah bahasa adalah juru penengah.
"Kalau akun ini tweet, maka akan diretweet oleh kedua kelompok itu. Detik, Kompas, media ngumpul di tengah. Media punya peran yang sangat penting untuk menjadi juru penengah.
Dia harus menyampaikan informasi dari dua kubu, sampaikan saja apa adanya asalkan jujur," kata Ismail dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC) di TV One, Selasa malam (21/8).
Ia menambahkan, media harus memberitakan kedua kubu secara seimbang. Sebab, berita-berita media mainstream akan di-retweet oleh kedua kubu tersebut untuk dijadikan bahan informasi.
Baca Juga: Pengakuan Eks Buzzer Ahok, Dibayar Rp4 Juta untuk 'Ternak' Akun
Baca Juga: Mau Menang Pilpres: Jokowi dan Prabowo Harus Menangi Hati Millennials