TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

2017 Mendatang, Masihkah Indonesia Jadi Perhatian Dunia dengan Hal Viral?

Eksis cuy!

pixabay.com

Menjadi viral adalah sebuah bentuk eksistensi tertinggi yang bisa diraih dalam media sosial. Percaya atau tidak, hal-hal viral ini datang dari setiap diri kita. Ya! Kita semua punya kesempatan dan kemungkinan yang sama untuk jadi perhatian. Viral, adalah sebuah ungkapan tepat untuk menggambarkan bagaimana sebuah topik, yang bagi beberapa orang sepele, bisa dibicarakan banyak orang.

Media sosial sendiri menjadi lahan untuk jadi viral. Kemudian, rasa ingin eksis dalam diri kita kasing-masing pula lah yang menjadi alasan hal viral itu ada. Kita ingin diperhatikan oleh orang-orang. Keinginan eksis ini pun menyebabkan ketergantungan mendasar pada media sosial. Hal tersebut diungkapkan oleh Psikolog dari Pusat Layanan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Cicilia Evi.

youtube.com/AniesBaswedan

Cicilia menyebut bahwa komunitas (masyarakat, red) di Indonesia saat ini telah mengalami perubahan struktur. Kehadiran media sosial tidak lagi hanya gaya hidup, tapi telah menjadi kebutuhan yang mendasar. Kepada IDNtimes.com, Rabu (28/12), Cicilia menambahkan,

Bagi mereka yang mengukur ke-eksis-an mereka dengan menjawab seluruh tantangan di media sosial. Maka, mudah sekali bagi mereka untuk menjadi bagian dari berbagai hal yang sedang happening, yang sedang viral

Baca Juga: Gak Kalah Asyik dari Facebook, Ini 8 Media Sosial Lokal yang Wajib Kamu Coba!

Perputaran dan penyebaran informasi yang ‘hanya tinggal tekan’.

pixabay.com

Sebuah fakta lain yang dapat terlihat adalah bagaimana dengan media sosial masyarakat begitu mudah menyebarkan informasi. Baik informasi yang ‘asli atau palsu’. Kedua hal tersebut sudah nampak abu-abu. Begitu juga hal-hal viral yang dikembangkan melalui media sosial yang begitu mudah untuk berbagi.

Cicilia menambahkan kalau Generasi Z yang sudah jadi Generasi Digital pun memiliki proses passing the information (penyebaran informasi) begitu cepat. Ini adalah kelebihan adanya digitalisasi yang, menurut Cicilia, saat ini kita rasakan jika dibandingkan dengan Generasi Non-Digital.

Maka generasi digital dapat menjadi user (pengguna, red) yang lebih bertanggung jawab - tidak serta merta turut dalam euforia sebuah fenomena. Namun, ketika user tidak lagi memaknai tangungg jawabnya, maka banyak di antara kita yang akan termakan euforia - tanpa memahami maknanya

Pengaruh dari seorang ‘influencer’.

twitter.com/Zedd

Namun, sebuah hal dapat booming atau viral begitu saja tanpa peran influencer atau para figur publik yang memberi pengaruh. Pengaruh tersebut, bagi Cicilia, membentuk sebuah motivasi bagi para pengguna media sosial untuk menjadi eksis serta ikut menyebar informasi yang sedang happening. Contoh sederhananya adalah fenomena Om Telolet Om yang sejak pekan lalu viral di media sosial.

Semuanya berawal dari kicauan para top influencer, seperti DJ terkenal atau musisi dari luar negeri yang mempertanyakan apa itu Om Telolet Om. Hal ini akhirnya bukan hanya memengaruhi orang Indonesia, tapi juga netizen luar negeri berbagai belahan dunia.

Risky Andrianto/ANTARA FOTO

Pengamat Media Sosial Nukman Luthfie pun membenarkan hal tersebut. Menurut Nukman, sebuah kebiasaan yang ada di masyarakat adalah ‘cerewet’, terutama orang Indonesia. Maka, ketika ada influencer terkenal membicarakan Indonesia, mereka akan ikut meramaikan agar terlihat gaul atau eksis karena mengikuti perbincangan yang ada di masyarakat.

Kemudian, para DJ ini jadi membuat kompilasi lagu yang menjadi persembahan untuk Indonesia. Faktor tren dari Indonesia yang diperbincangkan artis itu yang jadi alasan semua orang ingin tahu. Makanya, Om Telolet Om itu ‘betah’ banget (viral, red) lima hari

Baca Juga: Telaah Ilmiah Terkait Alasan "Om Telolet Om" dan Beragam Hal Remeh Lainnya Bisa Viral di 2016

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya