2017 Mendatang, Masihkah Indonesia Jadi Perhatian Dunia dengan Hal Viral?
Eksis cuy!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menjadi viral adalah sebuah bentuk eksistensi tertinggi yang bisa diraih dalam media sosial. Percaya atau tidak, hal-hal viral ini datang dari setiap diri kita. Ya! Kita semua punya kesempatan dan kemungkinan yang sama untuk jadi perhatian. Viral, adalah sebuah ungkapan tepat untuk menggambarkan bagaimana sebuah topik, yang bagi beberapa orang sepele, bisa dibicarakan banyak orang.
Media sosial sendiri menjadi lahan untuk jadi viral. Kemudian, rasa ingin eksis dalam diri kita kasing-masing pula lah yang menjadi alasan hal viral itu ada. Kita ingin diperhatikan oleh orang-orang. Keinginan eksis ini pun menyebabkan ketergantungan mendasar pada media sosial. Hal tersebut diungkapkan oleh Psikolog dari Pusat Layanan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Cicilia Evi.
Cicilia menyebut bahwa komunitas (masyarakat, red) di Indonesia saat ini telah mengalami perubahan struktur. Kehadiran media sosial tidak lagi hanya gaya hidup, tapi telah menjadi kebutuhan yang mendasar. Kepada IDNtimes.com, Rabu (28/12), Cicilia menambahkan,
Bagi mereka yang mengukur ke-eksis-an mereka dengan menjawab seluruh tantangan di media sosial. Maka, mudah sekali bagi mereka untuk menjadi bagian dari berbagai hal yang sedang happening, yang sedang viral
Baca Juga: Gak Kalah Asyik dari Facebook, Ini 8 Media Sosial Lokal yang Wajib Kamu Coba!
Perputaran dan penyebaran informasi yang ‘hanya tinggal tekan’.
Sebuah fakta lain yang dapat terlihat adalah bagaimana dengan media sosial masyarakat begitu mudah menyebarkan informasi. Baik informasi yang ‘asli atau palsu’. Kedua hal tersebut sudah nampak abu-abu. Begitu juga hal-hal viral yang dikembangkan melalui media sosial yang begitu mudah untuk berbagi.
Cicilia menambahkan kalau Generasi Z yang sudah jadi Generasi Digital pun memiliki proses passing the information (penyebaran informasi) begitu cepat. Ini adalah kelebihan adanya digitalisasi yang, menurut Cicilia, saat ini kita rasakan jika dibandingkan dengan Generasi Non-Digital.
Maka generasi digital dapat menjadi user (pengguna, red) yang lebih bertanggung jawab - tidak serta merta turut dalam euforia sebuah fenomena. Namun, ketika user tidak lagi memaknai tangungg jawabnya, maka banyak di antara kita yang akan termakan euforia - tanpa memahami maknanya