Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Densus 88 melakukan penangkapan terhadap seorang terduga teroris bernama Siyono. Penangkapan tersebut dilakukan pada 8 Maret silam di Dusun Pogung, Desa Brengkungan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Namun, proses penangkapan tersebut berujung pada tewasnya Siyono.
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dan PP Muhamadiyah menemukan kejanggalan dalam kematian Siyono. Dikutip dari kompas.com, dua organisasi tersebut menganggap Polri dan Densus 88 berusaha menyembunyikan sesuatu.
1. Siyono sudah menjadi incaran Densus 88.
Sumber Gambar: aktual.com Seperti dilansir kompas.com, Siyono tinggal di Desa Brekungan bersama keluarganya. Namun, dirinya dianggap memiliki posisi penting dalam kelompok teror Jamaah Islamiyah (JI). Selain itu Siyono juga dikaitkan dengan teror bom yang pernah terjadi di Indonesia.
Baca Juga: Surat Untuk Para Teroris, dari Seorang Muslim yang Mengharapkan Kedamaian
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
2. Penangkapan Siyono yang berujung maut.
Sumber Gambar: aktual.com Dilansir metrotvnews.com, Siyono ditangkap usai salat Maghrib di sebuah masjid dekat rumahnya. Setelah itu dirinya diperintahkan Densus 88 untuk menunjukkan bunker penyimpangan senjata yang diduga ada di dekat Prambanan serta lokasi anggota teroris lain.
Sumber Gambar: beta.tirto.id Namun, dalam perjalanan Siyono berusaha merebut senjata api serta memukul dua petugas yang bersamanya. Di situlah, diduga terjadi perkelahian antara pihak Densus 88 dengan Siyono, sampai dirinya kehilangan nyawa.
3. Keluarga tidak bisa melihat jenazah Siyono.
Sumber Gambar: salam-online.com Seperti diberitakan metrotvnews.com, pada 11 Maret jenazah Siyono dikembalikan ke keluarga dan dikubur dua hari setelahnya. Selain itu juga pihak kepolisian juga dipercaya membujuk keluarga Siyono untuk menandatangan surat pernyataan keikhlasan kematian, tidak diotopsi dan tidak menuntut.
4. Hasil otopsi menunjukkan Siyono mengalami pendarahan otak dan patah pada tulang dada.
Sumber Gambar: beta.tirto.id Akhirnya otopsi dilakukan oleh tim forensik pilihan KontraS, PP Muhamadiyah dan Komnas HAM. Seperti dilansir metrotvnews.com, tulang dada Siyono patah akibat benda tumpul, pendarahan di otak, serta tidak ditemukan adanya tanda perlawanan dari Siyono. Dari situlah Komnas HAM menganggap Densus 88 lakukan pelanggaran HAM.
Baca Juga: 7 "Logika" Aneh Para Teroris, Masuk Akal Gak Sih?