TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kemnaker Dorong Serikat Pekerja Perempuan Dialog Sosial

Pentingnya bangun budaya zero tolerance for harassment

Dok. Kemnaker

Jakarta, IDN Times -- Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah berkomitmen memberdayakan pekerja perempuan, termasuk dalam hal pelindungan dan memberikan rasa aman dalam pemenuhan hak-haknya. 

Komitmen tersebut diwujudkan Pemerintah dengan terus mendorong pengurus Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB) perempuan, agar sering melakukan dialog sosial dengan manajemen perusahaan tentang pentingnya membangun budaya zero tolerance for harassment, guna terwujudnya kenyamanan bekerja bagi perempuan.

1. Beri manfaatkan bagi inklusivitas pekerja perempuan

Dok. Kemnaker

"Dialog sosial akan sangat berpengaruh dan memberikan manfaat bagi inklusivitas pekerja perempuan di dunia kerja,” ujar Sekjen Kemnaker, Anwar Sanusi, menjawab pertanyaan diskusi panel High-Level Dialogue Forum Global Deal di Jakarta, Senin (11/10/2021) malam.

Anwar Sanusi menyatakan, bentuk kekerasan atau pelecehan seksual, baik verbal maupun nonverbal, tidak boleh terjadi atau menimpa pekerja, khususnya pekerja perempuan. Inisiasi dialog sosial dengan manajemen perusahaan harus datang dari perempuan karena perempuan lebih memiliki kepekaan daripada laki-laki.

2. Perlu sering adakan sosialisasi

Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Anwar Sanusi membuka Workshop (lokakarya) Pengembangan Indeks Produktivitas Tenaga Kerja secara virtual, pada Selasa (7/9/2021). (Dok. Kemnaker)

Sekjen Anwar berpendapat, perempuan yang harus proaktif berdialog, menyosialisasikan ke kalangan pekerja dan perusahaan melalui forum-forum yang ada di perusahaan, agar tidak boleh terjadi kekerasan dan pelecehan. "Jika sering dilakukan sosialisasi, maka ruang bagi siapa pun yang akan melakukan kekerasan atau pelecehan menjadi tertutup," kata Anwar Sanusi.

Menurut Anwar Sanusi, sosialisasi anti-kekerasan atau pelecehan juga perlu dilakukan di luar tempat kerja, seperti keluarga dan lingkungan sosialnya. "Selain itu, dialog sosial yang melibatkan organisasi maupun asosiasi akan sangat mendukung terlahirnya kebijakan-kebijakan yang dapat dijadikan pedoman untuk tercapainya kesetaraan gender di tempat kerja dan memastikan kerja layak untuk semua orang," ujarnya.

Melalui dialog sosial, SP/SB perempuan dapat membahas tentang pentingnya membangun budaya zero tolerance for harassment, termasuk terhadap pelecehan dan kekerasan seksual. Dengan demikian, perempuan dapat merasa lebih aman dan nyaman saat bekerja. "Sesuai arahan Menaker Bu Ida Fauziyah, kalau perusahaan punya komitmen, orang tidak berani macam-macam melakukan kekerasan atau pelecehan seksual," katanya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya