Iduladha di Kampung Halaman, Oesman Sapta Bagikan 50 Rumah
OSO memberikan rumah lengkap dengan fasilitas
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kayong, IDN Times - Momen Iduladha 1440 H dimanfaatkan Ketua Dewan Perwakilan Daerah Oesman Sapta untuk berbagi kepada masyarakat termasuk saudara di kampung halamannya, Sukadana, Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Senator yang karib disapa OSO itu membagikan 50 rumah yang dibangunnya di Sukadana, KKU, Kalbar. Puluhan rumah itu dinamakan Komplek Perumahan Anjang Odang.
Rumah-rumah itu langsung menghadap laut lepas Selat Karimata dan Gunung Palung. Masing-masing 25 rumah dibangun berhadapan. Satu rumah memiliki luas tanah 200 meter, dan bangunan 50 meter. Ada dua kamar di dalamnya. Selain rumah, Oesman Sapta juga memberikan kursi tamu dan kasur untuk masing-masing rumah.
"Sebetulnya ini adalah salah satu program saya, kembali ke desa. Jadi, kalau dari desa asal usulnya, jangan pernah lupakan desa," kata Oesman Sapta.
1. Sistem pembagian rumah cukup unik dengan undian
Pembagian rumah itu dihadiri puluhan saudara sepupu atau ahli waris yang berhak menerima bangunan tersebut dan disaksikan Bupati KKU Citra Duani serta Kapolres KKU AKBP Asep Irpan Rosadi.
Sistem pembagian juga cukup unik. Sebanyak 50 bola pingpong warna kuning sudah disediakan di dalam sebuah wadah. Masing-masing bola sudah bertuliskan blok dan nomor rumah.
Kemudian satu per satu nama sepupu atau ahli warisnya dipanggil untuk mengambil "undian" di bola pingpong yang dimasukkan dalam wadah tersebut. Nah, yang mendapat nomor B5, atau A1, misalnya, langsung menuju rumah tersebut. Kuncinya sudah digantung di pintu. Setelah rumah dibagikan, maka blok dan nomor harus dicabut serta diganti dengan nama pemiliknya masing-masing.
"Jadi keluarga kalau lewat jadi tahu ini rumah siapa. Yang penting ini sepupu saya," ucap Oesman Sapta.
Baik sepupu maupun ahli waris sangat antusias mengikuti program tersebut. Oesman Sapta pun sesekali bercanda dengan sepupunya atau yang mewakili. "Kalau tidak begini, susah mau kumpulnya," ungkap pria kelahiran Sukadana, 18 Agustus 1950 itu.