TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Gedung DPR/MPR RI yang Kerap Jadi Sasaran Aksi Demonstrasi

Sejak reformasi, gedung DPR kerap digeruduk massa demonstran

IDN Times/Kevin Handoko

Jakarta, IDN Times - Di pusat Ibu Kota Jakarta, berdiri sebuah bangunan megah yang terkenal dengan kubah berwarna hijau. Bangunan ini tak lain adalah gedung Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (DPR/MPR RI) yang mulai dibangun pada masa kepemimpinan Presiden Sukarno, 8 Maret 1965.

Gedung tempat berkantornya para wakil rakyat ini sering kali dijadikan sasaran unjuk rasa berbagai elemen masyarakat, mulai dari petani, buruh, hingga mahasiswa. Masih lekat dalam ingatan, di era reformasi 1998, kubah berbentuk tempurung kura-kura ini diduduki oleh ribuan mahasiswa yang berunjuk rasa untuk melengserkan Presiden Soeharto. 

Bagaimana sejarah awal dibangunnya gedung DPR/MPR RI ini? Berikut fakta-faktanya.

Baca Juga: [BREAKING] 15 Perwakilan Massa Aksi Demo 21 April Bertemu Pimpinan DPR

1. Sejarah gedung DPR/MPR RI yang dibangun pada masa Presiden Sukarno

IDN Times/Kevin Handoko

Gedung DPR/MPR RI mulai dibangun saat masa kepemimpinan Presiden Sukarno, 8 Maret 1965. Bung Karno menjadi pencetus pembangunan gedung untuk para wakil rakyat itu.

Kala itu, Presiden Sukarno berencana menyelenggarakan Conference of the News Emerging Forces (CONEFO), yang merupakan wadah dari semua News Emerging Forces. Adapun beberapa anggotanya berasal dari berbagai negara, antara lain negara-negara di Asia, Afrika, Amerika Latin, negara-negara sosialis, negara-negara komunis, dan semua Progressive Forces dalam kapitalis.

CONEFO yang direncanakan menjadi sebuah senjata untuk menandingi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu, akhirnya diputuskan Sukarno melalui Keppres No 48 Tahun 1965, sehingga menugaskan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga (PUT) Soeprajogi untuk menerbitkan Peraturan Menteri PUT No 6/PRT/1965 tentang komando pembangunan proyek CONEFO.

Pada 19 April 1965, bertepatan dengan perayaan Dasa Warsa Konferensi Asia-Afrika, dipancangkanlah tiang pertama pembangunan proyek political venues di Kompleks Senayan, Jakarta.

2. Arsitek pembuat maket gedung DPR/MPR RI

(Ilustrasi gedung DPR) IDN Times/Kevin Handoko

Soejoedi Wirjoatmodjo terpilih menjadi perancang dari pembangunan Gedung DPR/MPR RI kala itu dan rancangannya disahkan pada 22 Februari 1965. Ia merancang sebuah maket yang memamerkan seluruh bangunan kompleks dan rancangannya saat dipandang dari Jembatan Semanggi. Usai rancangannya disetujui, pembangunan gedung pun dimulai pada 8 Maret 1965.  

Rupanya, pembangunan gedung belum bisa terselesaikan pada masa pemerintahan Sukarno. Sehingga, usai pemerintahan Sukarno berakhir, pembangunan Gedung DPR/MPR RI dilanjutkan pemerintah Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Melalui proses pembangunan yang cukup lama, akhirnya pembangunan Gedung MPR/DPR RI bisa diselesaikan pada 1 Februari 1983.

3. Gedung DPR/MPR RI terinspirasi dari burung garuda, bukan kura-kura

(Ilustrasi) IDN Times/Kevin Handoko

Arsitek Soejoedi Wirjoatmodjo membuat kubah yang berbentuk setengah lingkaran di kedua sisi kanan dan kiri gedung. Hal tersebut diibaratkan sebagai kepakan burung garuda yang gagah.

Bila berada di bagian depan dan tengah dalam gedung DPR/MPR Ri ini, akan terlihat tiang-tiang penyangga gedung yang berbentuk seolah-olah menjadi kaki burung garuda. Dengan begitu, bangunan ini akan lebih terlihat seolah seperti burung garuda, bukan kura-kura.

Selain itu, pemilihan warna hijau pada gedung DPR/MPR RI ini ialah sebagai simbol dari kemakmuran dan kesuburan. Karena pada saat dibangun kala itu, Indonesia sangat kental dengan unsur agraris. Sebab itu, gedung ini diwarnai dengan warna hijau.

Baca Juga: Masinton Pasaribu Dilaporkan ke MKD DPR, Buntut Sebut Luhut Brutus

4. Kompleks parlemen terdiri dari lima gedung

Sidang Paripurna ke-6 di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (17/12). (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Gedung DPR/MPR RI memiliki luas sekitar 80.000 meter persegi. Dengan bangunan yang luas, gedung wakil rakyat tersebut dibagi menjadi beberapa area. Apabila melewati Jalan Gatot Subroto, terlihat di dalam area gedung sebuah bangunan berwarna hijau dan berbentuk kubah.

Bangunan yang terlihat cukup megah itu disebut Gedung Nusantara atau Gedung Kura-kura. Di dalam gedung tersebut terdapat Ruang KK I, Ruang KK II, Ruang Rapat Komisi II dan IV, Ruang Sidang MPR RI, dan Museum DPR RI.

Selain itu, terdapat Gedung Nusantara I. Gedung ini memiliki tinggi sekitar 100 meter, dengan 24 lantai dan mengalami kemiringan tujuh derajat. Di dalam gedung tinggi tersebut, terdapat ruangan-ruangan fraksi DPR RI. Ada pula Ruang Baleg, Ruang Rapat Komisi IX dan VII di gedung itu.

Terdapat juga Gedung Nusantara II yang bersebelahan dengan Nusantara I. Sedangkan Gedung Nusantara II terdiri dari Ruang Rapat Komisi I, III, dan VIII. Ruang Sidang Paripurna DPR RI juga berada di lantai paling atas Nusantara II, yaitu di lantai tiga.

Gedung lainnya adalah Nusantara III. Gedung ini merupakan tempat para pimpinan MPR, DPR, dan juga DPD RI berkumpul. Terdapat pula press room untuk wartawan parlemen yang meliput kegiatan anggota dewan sehari-hari.

Bagian gedung lainnya adalah Gedung Nusantara IV dan V. Kedua gedung ini digunakan untuk acara-acara yang digelar MPR dan DPD RI.

Bukan hanya terdiri dari gedung-gedung megah, di kompleks Gedung DPR/MPR RI terdapat juga air mancur di halaman depan yang terlihat mewah, Gedung Sekretariat Jenderal, dan masjid di sekitar kompleks parlemen Senayan.

Baca Juga: Viral Gedung DPR Dijual, Begini Respons Tokopedia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya