TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bagaimana Kerja Jurnalis Indonesia Selama Pandemik COVID-19?

Perubahan cara kerja jurnalis sangat terasa kala pandemik

Ilustrasi Pers (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 selama hampir 7 bulan di Indonesia telah berdampak ke seluruh sektor yang ada. Mulai dari perekonomian, pemerintahan, kesehatan, bahkan sektor media di Indonesia ikut terimbas. 

Kerja-kerja jurnalistik pun terpaksa harus berubah untuk menyesuaikan dengan keadaan selama pandemik ini. Bahkan terdapat beberapa media yang masih meragukan diri supaya bisa bertahan sampai akhir tahun 2020. 

Berbagai upaya telah dilakukan perusahaan media untuk dapat bertahan selama pandemik berlangsung, seperti mengurangi gaji karyawan, hingga mengurangi jumlah karyawan.

"Pandemik COVID-19 yang menentukan bagi media apakah bisa memanfaatkan situasi dalam menjalankan misi sucinya atau malah patah terseret arus gelombang missed informasi dan disinformasi?," ujar Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Lubis dalam acara "Seminar 21 tahun UU Pers, Prospek dan Tantangan" yang diselenggarakan oleh Dewan Pers  (23/9/2020).

Baca Juga: Arahan Lengkap Jokowi soal Sorotan Jurnalis Asing hingga Tegur Luhut

1. Media dikepung dengan gelombang disinformasi yang kian marak

Ilustrasi Jurnalis (IDN TImes/Arief Rahmat)

Pandemik yang terjadi di era digital, era yang ditandai dengan tsunami informasi ini menambah tugas jurnalis menjadi berlipat-lipat. 

Kini, media harus berjuang menghadapi hoaks yang banyak beredar di sosial media. Banyak masyarakat juga yang telah disuapi oleh berita hoaks yang beredar selama pandemik COVID-19.

Hal ini menyebabkan para jurnalis harus menghadapi perang ganda, yaitu : perang melawan wabah virus corona dan juga perang melawan misinformasi dan disinformasi.

"Karena dia (jurnalis) sangat rentan untuk terpapar karena dia harus melakukan liputan di lapangan dan sudah lebih dari 100 jurnalis yang terpapar virus," ujar Uni Lubis. 

Uni Lubis juga mengatakan, belum pernah dalam sejarah dunia ada begitu banyak informasi dan situasi yang membingungkan. Tidak hanya masyarakat, para jurnalis juga menjadi kelimpungan dalam menyampaikan informasi yang berubah dengan cepat.

"Peran jurnalis menjadi sangat penting dan ini mengingatkan kita (jurnalis) untuk menjalankan fungsi disiplin verifikasi," ujar perempuan kelahiran bulan November itu. 

2. Tantangan dan peluang media selama COVID-19

Ilustrasi press conference (IDN Times/Arief Rahmat)

Pandemik COVID-19 di Indonesia telah membuat pergeseran sistem kehidupan sosial manusia. Sayang, pergeseran sistem yang mendadak ini tidak diiringi dengan perubahan kebiasaan manusia. 

Muhamad Nuh menjelaskan, pergeseran sistem ini sudah terjadi di sektor pekerjaan, tempat bekerja, dan talenta setiap manusia. 

"Awalnya kita ada di physical space,  karena kondisi COVID-19 ini sistem berubah menjadi cyber space. Namun kita belum mampu untuk ke sana, jadinya kita di tengah-tengah yaitu hybrid space," ujar Ketua Dewan Pers tersebut.

Tantangan ini kerap dirasakan oleh media di Indonesia sekarang, seperti penerapan work from home (WFH) yang mengandalkan teknologi dalam berkomunikasi.

Namun, tantangan tersebut dapat menjadi peluang bagi media cetak yang ingin melebarkan sayap ke ranah digitalisasi. Peluang ini juga dirasakan oleh media online yang ingin membuat program-program baru secara virtual.

"Tetapi bagi kita semua, setiap permasalahan yang ada kita jadikan tantangan, dan setiap tantangan kita jadikan peluang untuk dapat terus berjalan," kata Muhammad Nuh.

Baca Juga: Praktik Doxing yang Berkali-kali Incar Jurnalis Indonesia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya