TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Berjibaku di Kabut Lumpur: Kisah Penyelam Pencari Korban Sriwijaya Air

Pesan keluarga selalu banyak berdoa sebelum beraktivitas

Koordinator relawan Possi, Budi Cahyono (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)

Jakarta, IDN Times - Budi Cahyono langsung memimpin rapat koordinasi dengan pengurus dan dewan pembina Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (Possi), usai mendengar peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya AIr SJY 182 di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, pada Sabtu 9 Januari 2021.

Melalui aplikasi WhatsApp, pria yang akrab disapa Bucay itu langsung menyinergikan anggotanya agar merapatkan barisan dan bergabung dengan Badan SAR Nasional (Basarnas), dalam upaya pencarian dan pertolongan korban pesawat nahas tersebut.

“Malam itu jam 20.00 WIB dengar kabar jatuhnya pesawat Sriwijaya Air. Possi langsung koordinasi dengan Basarnas. Malam itu juga langsung kita dirikan posko Possi di JICT jam 22.00 WIB,” kata Bucay yang menjabat sebagai Koordinator Lapangan Possi tersebut.

Baca Juga: Pertarungan Penyelam Lawan Air Keruh di Bawah Laut Cari Sriwijaya Air 

1. Possi kerahkan 40 penyelam untuk evakuasi korban dan serpihan Sriwijaya Air

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bucay menyebut, Possi bukanlah organisasi menyelam sembarangan. Menurut dia, di sana banyak instruktur dan penyelam profesional yang punya jam terbang tinggi. Bahkan di antaranya ada yang dipercaya institusi TNI-Polri untuk melatih prajurit mereka menyelam.

Setidaknya, ada 40 penyelam dikerahkan untuk ikut membantu evakuasi bersama Basarnas. Mereka merupakan penyelam bersertifikat dan bukan kali ini saja ikut dalam operasi SAR bersama Basarnas.

“Bukan baru sekali ini aja ikut bantu, tapi sejak jatuhnya pesawat Air Asia di Kalimantan Tengah, bahkan Lion AIr yang jatuh di Karawang juga ikut-ikut bantu waktu itu,” ujar Bucay.

Dia menuturkan, 40 penyelam Possi baru bisa melakukan evakuasi pada hari kelima jatuhnya pesawat nahas tersebut. Mereka mengaku, harus menunggu arahan dari Basarnas terkait kapan waktu yang tepat bantu operasi SAR, sembari menunggu anggota Possi lainnya tiba ke Jakarta.

“Kita menyelam itu hari Rabu (13 Januari 2021). Mereka (penyelam Possi) itu datang dari jauh-jauh loh. Ada yang dari Palembang, Makassar, Bangka Belitung dan dari beberapa daerah lain,” ujarnya.

2. Cuaca buruk dan lumpur jadi kendala penyelam melakukan evakuasi

Dok. IDN Times/Syachrul Anto

Bucay menjelaskan, cuaca yang tidak menentu jadi kendala tersendiri bagi para penyelam Possi. Derasnya gelombak bawah laut serta ombak tinggi di permukaan membuat mereka harus mencari waktu yang tepat untuk bisa menyelam. Sebab, keselamatan merupakan hal penting dalam setiap kegiatan mereka.

Tak hanya cuaca buruk, kabut lumpur bawah laut juga jadi kendala lainnya bagi para penyelam melakukan pencarian terhadap 62 korban pesawat nahas tersebut. Ketebalan lumpur menyulitkan mereka mengevakuasi serpihan pesawat dan korban ke atas.

“Hari pertama itu bahkan kita gak menyelam. Basarnas juga gak nyelam karena cuacanya yang buruk,” katanya.

3. Possi berhasil menganggkat serpihan pesawat Sriwijaya Air SJY 182

Ilustrasi penyelam. Instagram.com/basarnas_special_group

Bucay menuturkan, 40 penyelam profesional Possi ikut melakukan evakuasi bersama Tim SAR Gabungan selama lima hari. Mereka semua berangkat dari Pantai Mutiara, Pluit, Jakarta Utara dengan menggunakan kapal milik salah satu anggota Possi.

Setiap hari mereka harus menempuh perjalanan satu jam menuju lokasi jatuhnya pesawat di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Berbekal arahan Basarnas, masing-masing penyelam sudah diberi petunjuk di titik mana harus menyelam.

“Semua diatur Basarnas. Selama lima hari ikut evakuasi kita dapat dua kantong serpihan pesawat dan satu serpihan besar yaitu bangku penumpang yang masih lengkap dengan sabuk pengamannya,” ujarnya.

Baca Juga: [LINIMASA] Pencarian Pesawat Sriwijaya Air SJY 182, Hari ke-4

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya