TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Festival Santet di Banyuwangi, Muhammadiyah: Dilarang Agama

Santet juga dinilai tidak relevan dengan kondisi zaman

Deklarasi terbentuknya Perdunu di Banyuwangi. IDN Times/Istimewa

Jakarta, IDN Times - Ketua Muhammadiyah Dadang Kahmad menanggapi Festival Santet di Banyuwangi yang akan diselenggarakan oleh Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) pada bulan Suro, sekitar Agustus-September mendatang. Menurut Dadang, acara tersebut tidak sesuai dengan ajaran agama Islam karena bersifat syirik atau menduakan Allah SWT.

“Muhammadiyah dengan tegas, santet oleh dukun itu dilarang oleh agama karena itu mencelakakan dan berlaku tidak jantan,” kata Dadang saat dihubungi IDN Times, Senin (15/2/2021).

Baca Juga: Wah! Niat Menolong Orang, Dukun-dukun Baik Banyuwangi Bikin Persatuan 

1. Festival Santet untuk edukasi dinilai tidak relevan

Ilustrasi TKP (IDN Times/Mardya Shakti)

Menurut Dadang, Festival Santet yang digelar Perdunu dengan alasan edukasi tidak relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Sebab, santet merupakan peninggalan budaya kuno yang ingin ditinggalkan oleh masyarakat modern.

“Persoalan-persoalan harusnya dipecahkan melalui sains, bukan melalui magic. Kita jangan kembali ke masa lalu. (Berfikir) ke depan bagaimana dunia ini menghormati ilmu pengetahuan, di samping mereka berdoa pada Allah dan agama masing-masing,” tutur Dadang.

2. Muhammadiyah imbau Perdunu agar membatalkan Festival Santet di Banyuwangi

Ilustrasi Logo Muhammadiyah. muhammadiyah.or.id

Muhammadiyah juga mengimbau kepada Perdunu untuk segera membatalkan Festival Santet tersebut. Dadang menilai, kegiatan santet dan perdukunan di Indonesia akan meresahkan masyarakat jika tetap digelar pada bulan Suro mendatang.

“Dulu kan pernah isu santet luar biasa. Saya kira jangan dihidupkan lagi. Kalau pun ada peninggalan masa lalu (untuk edukasi) jangan sampai yang menimbulkan polemik di masyarakat,” Dadang mengimbau.

3. Perdunu akhirnya sepakat untuk menghapus kata Santet

Dialog Perdunu dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi. IDN Times/Istimewa

Sebelumnya, belasan tokoh ulama beserta dukun di Kabupaten Banyuwangi baru saja mendirikan Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) pada 3 Februari 2021. Meski baru terbentuk, komunitas tersebut mendapat sorotan karena bakal menggelar acara Festival Santet yang rencananya akan berlangsung pada bulan Suro, sekitar Agustus-September mendatang.

Festival Santet tersebut mendapat sorotan dari berbagai kalangan, mulai dari pelaku pariwisata hingga Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Perdunu didesak untuk menghilangkan kata "santet" dan "dukun" dalam kegiatan dan nama komunitasnya.

Melalui dialog dengan berbagai pihak, Perdunu akhirnya menghapus kata "santet". "Jadi kami skip dulu kegiatan tersebut, karena kata santet itu yang memicu viral dan kegaduhan di dunia maya. Banyak yang masih bingung dan termakan makna negatif santet," kata deklarator Perdunu, In'amul Muttaqien kepada IDN Times, Sabtu (13/2/2021).

Sementara, terkait kata "dukun" dalam komunitasnya, pihaknya masih mempertahankan karena tujuan terbentuknya Perdunu diharapakan bisa mengenalkan apa itu dukun.

"Mereka menuntut untuk mengganti kata santet dengan kata yang lebih elegan. Bahkan menuntut kata dukun juga diganti. Kami akhirnya rapat terbatas dengan seluruh deklarator. Awalnya tetap satu kata, agar tidak menghilangkan kata dukun, termasuk kata santet," ujarnya.

"Kemudian pada hearing kedua, kami pertimbangkan daripada menghambat program kami, maka kami pending, lagian juga masih jauh (bulan Suro). Bisa juga diganti bahasa apa. Kalau Perdunu tetap, kata dukun tidak dihilangkan," tambahnya.

Baca Juga: Polemik Perdunu Rencana Gelar Festival Santet, Menemukan Titik Temu

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya