TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jimly Asshiddiqie: Banyak Parpol Terjebak Politik Dinasti

Terutama partai yang dipimpin oleh tokoh tua

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Prof Jimly Asshiddiqie dalam kegiatan Seminar dan Lokakarya Nasional Refleksi Implementasi Fungsi Mediasi di Indonesia di The Sultan Hotel Jakarta Kamis (12/12/2019) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Jakarta, IDN Times - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof Jimly Asshiddiqie menilai, banyak partai politik yang muncul pada perjalanan reformasi yang akhirnya justru terjebak pada oligarki dan politik dinasti.

Ia menilai, ada masalah di internal partai sehingga terjadi hal tersebut yang justru dinilai menghambat demokrasi di Indonesia.

"Ada problem internal di dalam partai-partai, partai yang lahir di era reformasi," kata Jimly dikutip dari ANTARA, Senin (24/8/2020).

Baca Juga: Millennials yang Maju di Pilkada Cuma Tameng dari Dinasti Politik?

1. Partai yang menjunjung hukum demokrasi tidak sesuai dengan praktik di lapangan

Ilustrasi partai politik (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Jimly menjelaskan, reformasi itu merupakan upaya untuk membalikkan keadaan yang kecenderungannya negatif supaya kembali baik, seperti Orde Lama dikoreksi Orde Baru, kemudian Orde Baru dikoreksi oleh Reformasi setelah 32 tahun berjalan.

“Memasuki perjalanan reformasi, kata dia, muncul partai-partai yang mengusung "democracy of law", tetapi dalam praktiknya justru berbeda,” ujarnya.

2. Oligarki dan politik dinasti terjadi di partai politik yang dipimpin oleh tokoh tua

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Menurut dia, kebanyakan partai yang masih saja dipimpin oleh tokoh-tokoh tua sehingga mengalami gerontokrasi.

Dikhawatirkan, kata Jimly, kecenderungannya pergantian kepemimpinan di parpol akan semakin panjang.

Meski banyak tokoh muda yang sekarang ini ditunjuk menjadi menteri, lanjutnya, namun pada dasarnya parpol yang dipimpin golongan tua yang menentukan karena mereka adalah petugas partai.

"Sementara, partai mengalami gerontokrasi dan di dalam dirinya berubah menjadi dinasti-dinasti politik. Muncul keluarga-keluarga tertentu menjadi oligarki-oligarki politik yang berkolaborasi karena makin mahalnya demokrasi," jelasnya.

Baca Juga: Politik Dinasti Indonesia: Seni Bagi-bagi Kekuasaan Berasas Konstitusi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya