Rachmat Kaimuddin Beberkan Alasan Kenapa Mau Jadi Bos BukaLapak
Indonesia Millannial Summit 2020 jadi panggung pertamanya!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Rachmat Kaimuddin baru sekitar dua pekan menggantikan Achmad Zaky sebagai CEO BukaLapak ketika berbicara di dalam diskusi bertajuk 'The Future of Consumption in Fast-Growth Consumer Markets' yang digelar di The Tribrata, Jakarta, 17-18 Januari 2020.
Diskusi 'The Future of Consumption in Fast-Growth Consumer Markets' hanya satu dari rangkaian diskusi yang digelar di acara Indonesia Millennial Summit 2020 yang diadakan IDN Times pada 17-18 Januari 2020.
Uniknya, meski telah berstatus sebagai CEO, Rachmat Kaimuddin saat itu ternyata belum mengupdate profilnya di jejaring sosial LinkedIn. Di profil tersebut ia hanya menulis 'karyawan BukaLapak'. Keanehan ini pun dipertanyakan oleh COO IDN Media, William Utomo, yang menjadi moderator diskusi.
"Saya mengecek LinkedIn Anda, mengapa Anda tidak memilih menulis CEO of BukaLapak?" tanya William membuka diskusi.
"Saya masih menunggu Mas Zaky untuk memperbarui profilnya. Mungkin saya akan mengabaikan itu karena secara teknis saya adalah karyawan BukaLapak," jawab Rachmat.
Tanya-jawab singkat itu menjadi awal obrolan panjang selama sekitar satu jam ke depan. Berbagai hal diceritakan eks CEO salah satu bank itu seperti prinsip hidupnya, mengapa mau menjadi bos BukaLapak dan pengalaman hidupnya. Oya, ini penampilan pertama Rachmat Kaimuddin setelah menjadi CEO BukaLapak, loh!
Baca Juga: IMS 2020: Rachmat Kaimuddin, Bos Bukalapak yang Pernah Jadi Bankir
1. Ada tiga prinsip hidup yang masih dipegang Rachmat Kaimuddin hingga saat ini
Rachmat mengungkapkan bahwa ia memiliki tiga nilai kehidupan yang ia pegang hingga saat. Hal tersebut didapatnya usai melewati serangkaian pengalaman kehidupan.
Ketika masih anak-anak, Rachmat mengaku hanya ingin menjadi orang pintar. Keinginan itu berubah saat dia masuk ke sebuah SMA berasrama di Magelang, Jawa Tengah. Ia sadar bahwa pintar saja tidak cukup tapi juga harus baik.
Jelang pendidikan S2, ia mendapat pertanyaan esai mengenai apa hal yang paling berarti di hidupnya dan mengapa. Ia pun sadar saat ini ada tiga prinsip yang ia pegang.
"Pertama bukan pintar tapi jadi orang kompeten dalam pekerjaan, punya values yang baik, dan apa pun yang dikerjakan bermanfaat bagi orang lain," ujarnya,
Baca Juga: IMS 2020: CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin Sebut Tiga Prinsip Hidupnya