Sedih, Pasien Cuci Darah Meninggal Dunia Usai Ditolak Sejumlah RS
"Saya mimpi ayah pakai kain warna putih lagi antre di RS"
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Juli 2021 menjadi masa yang tak akan pernah dilupakan Rizky (27). Dia tak pernah menyangka badai lonjakan kasus COVID-19 di Jakarta turut menimpa keluarganya. Kenyataan terpahit dalam hidup pun harus dihadapi Rizky ketika sang ayah akhirnya dipanggil Sang Pencipta untuk selama-lamanya.
Semua bermula ketika orangtuanya hendak melakukan cuci darah. Tindakan medis ini sudah rutin dilakukan dua kali seminggu selama beberapa tahun terakhir di rumah sakit. Namun, pada hari itu ayah Rizky tak bisa cuci darah karena demam yang tinggi.
"Seminggu sebelum wafat saat ayah jadwal cuci darah pas hari Selasa itu suhunya 38 derajat, dokter nyaranin buat PCR di Puskesmas. Saat itu ayah mutusin buat di rumah nunggu gejalanya membaik karena badannya demam doang," ujarnya kepada IDN Times, Senin (26/7/2021).
Rizky menjelaskan bahwa kondisi ayahnya menurun beberapa hari setelah ke rumah sakit. Hal itu membuat sang ayah kembali tak melakukan cuci darah pada jadwal kedua minggu itu.
"Karena ayah takut tertular COVID-19 kalau ke rumah sakit," ujarnya.
Untuk melakukan cuci darah, ayah Rizky diwajibkan dokter untuk tes PCR lebih dahulu. Menurut Rizky, apapun hasil tes yang keluar akan tetap ditangani dokter.
"Ayah akhirnya PCR test hari Senin," jelasnya.
Baca Juga: Susi Pudjiastuti Ingin Rawat Vino yang Jadi Yatim Piatu Gegara COVID
1. Ayah Rizky sempat ditolak sejumlah rumah sakit karena penuh
Hasil PCR belum keluar, kondisi sang ayah kian memburuk. Ia pun langsung bergegas mencari kendaraaan untuk merujuk ayahnya ke rumah sakit.
"Saya ke beberapa rumah sakit di Jakarta karena banyak yang menolak merawat ayah. Saat itu sudah penuh semua," ujarnya.
Tak mau putus asa, ia memohon petunjuk tenaga kesehatan di rumah sakit terakhir yang menolaknya. Rizky disarankan membawa sang ayah ke rumah sakit rujukan COVID-19 milik pemerintah pusat atau pemerintah daerah di kawasan Jakarta Pusat.
"Akhirnya saya bawa ayah ke RSUD di Jakarta Pusat. Di sana akhirnya beliau dapat pertolongan pertama, pakai oksigen gitu," ujarnya.
Baca Juga: Cerita Warga Depok Kebingungan buat Dapatkan Vaksin COVID-19