TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Transjakarta Tidak Khawatir Gunakan Bus Listrik Pabrikan Tiongkok

Transjakarta juga menggunakan Mobil Anak Bangsa

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Jakarta, IDN Times - Direktur PT Transjakarta Agung Wicaksono mengaku tak khawatir terjadi banyak masalah pada bus listrik asal Tiongkok, seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.

PT Transjakarta tidak akan kapok menggunakan bus pabrikan Tiongkok, meski sempat mengalami sejumlah masalah.

Baca Juga: Bus Listrik TransJakarta Ditargetkan Mengaspal Juni 2019

1. Asal pabrikan bus tak jadi masalah

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Agung mengatakan pihaknya tidak mempermasalahkan asal negara penyedia bus. Yang terpenting bagi Transjakarta adalah bagaimana perawatan bus-bus listrik tersebut.

"Masalah itu bukan soal negara, itu soal maintenance. Bagaimana kualitas dijaga dan pemeliharaan dilakukan. Ingat, bulan lalu ada bus Jepang kebakar, yang masalah bukan (asal) negara, tapi standar jaga dan maintenance," kata Agung di Kawasan Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Minggu (5/5).

2. Banyak negara di dunia menggunakan bus listrik asal Tiongkok

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Menurut Agung, banyak negara menggunakan bus asal Tiongkok. Bahkan, di negara asalnya ada belasan ribu bus listrik yang mengaspal.

"Sebanyak 50 negara dunia sudah pakai bus mereka (Tiongkok), di kotanya sendiri ada 16 ribu," ujar dia.

3. Selain bus dari Tiongkok, Transjakarta juga menggunakan Mobil Anak Bangsa (MAB)

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Selain menggunakan bus listrik bermerek BYD asal Tiongkok, Transjakarta juga menggunakan bus pabrikan Mobil Anak Bangsa (MAB), yang merupakan industri nasional dengan teknologi mengadopsi dari luar negeri.

"Kita mau mendorong kemajuan industri dalam negeri. Jadi, kita uji coba juga, kita kembangkan sama-sama," ujar Agung.

4. Bus listrik belum bisa diuji coba

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Agung menyebutkan meski tiga bus listrik sudah tersedia, namun PT Transjakarta belum bisa mengujinya. Sebab, masih ada sejumlah perizinan yang harus dipenuhi.

"Perizinan utamanya adalah supaya kendaraan ini bisa punya STNK. Ini kita punya namanya STCK (Surat Tanda Coba Kendaraan), ini belum jadi STNK. STNK itu kalau biasanya kan ada ukuran kapasitas mesinnya berapa CC, kalau ini kan gak ada CC karena bukan volume bahan bakar, tapi kapasitas daya listriknya," kata dia.

Baca Juga: Ada MRT, Jumlah Pengguna TransJakarta Meningkat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya