TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[WANSUS] Kisah Tania Arthawidjaya, Pilot Perempuan di Dunia Penuh Pria

"Dari ribuan pilot, yang perempuan hanya belasan."

Pilot Garuda Indonesia, Tania Artawidjaya Citra, dalam acara Suara Perempuan: OTW Ruang Kerja Bebas Pelecehan. (IDN Times/Aryodamar)

Jakarta, IDN Times - Tania Arthawidjaya menjadi satu dari sedikit pilot perempuan profesional di Indonesia. Ia mengungkapkan, jumlah pilot wanita, khususnya di Garuda Indonesia terbilang minoritas.

Dalam acara Suara Perempuan yang diselenggarakan di Kantor IDN Media HQ, Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, Tania menceritakan perspektifnya bekerja di lingkungan yang didominasi laki-laki.

"Sampai saat ini yang aktif itu dari ribuan pilot, yang perempuan belasan. Kebayang kan seberapa minoritasnya kami sebagai pilot?" ujar Tania.

Jumlah pilot yang sedikit, membuat peluang sesama perempuan menerbangkan pesawat pun sangat kecil. Selama delapan tahun berkarier, ia sekali merasakan hal tersebut.

"Di Garuda sendiri itu captain yang aktif bisa dihitung jari, mungkin sekitar tiga. Jadi untuk terbang sama pilot perempuan itu baru sekali dari ribuan flight yang pernah ku jalani," ujarnya.

Baca Juga: Pilot Tania Arthawidjaya: Tahun 2023 Kesetaraan Gender Harus Lumrah

1. Edukasi kesetaraan gender dan pelecehan seksual diperlukan

Pilot Garuda Indonesia, Tania Artawidjaya Citra, dalam acara Suara Perempuan: OTW Ruang Kerja Bebas Pelecehan. (IDN Times/Aryodamar)

Tania mengungkapkan dirinya tak pernah mengalami pelecehan seksual selama delapan tahun berkarier di Garuda Indonesia meski didominasi lawan jenis. Walau demikian, menurutnya edukasi terkait hal itu tetap diperlukan.

"Edukasi pada karyawan juga harus betul-betul kencang karena di dunia aviasi sebagai pilot, setiap hari aku ketemu sama orang yang berbeda. Gak seperti di kantor. Semuanya berbeda. Jadi harus bisa diedukasi secara merata," ujarnya.

2. Prinsip yang kuat bisa mencegah pelecehan seksual terjadi di lingkungan kerja

Pilot Garuda Indonesia, Tania Artawidjaya Citra, dalam acara Suara Perempuan: OTW Ruang Kerja Bebas Pelecehan. (IDN Times/Aryodamar)

Tania berkarier sebagai penerbang sejak tahun 2014, ketika usianya 18 tahun. Saat itu ia belum terlalu menyadari perihal kesetaraan gender dan pelecehan seksual karena sosialiasi dan edukasi yang kurang.

Kini, Tania mengandalkan prinsip yang kuat ketika bekerja. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual.

"Ketika aku masuk ke dunia kerja lalu ada rekan kerjaku yang melakukan pelecehan seksual let say verbally. Namanya dunia pilot, mungkin rahasia umum pilot seperti apa sih bercandanya dan gaya hidupnya. Mungkin buat mereka itu common thing, itu nothing, kok baperan?" ujarnya.

"Tapi dengan aku prinsip, that's not right. Kamu gak bisa ngelakuin itu sama aku. Terserah mau ngelakuin itu sama laki-laki, tapi aku perempuan yang berprinsip. You cannot do that to me.  Karena biasanya kalau orang yang melakukan pelecehan seksual dan kita konfrontasi, most of the time mereka akan malu sendiri," imbuhnya.

3. Jangan takut melapor saat terjadi pelecehan seksual

IDN Times/Sukma Shakti

Tania menyarankan agar semua pihak jangan takut melawan ketika terjadi pelecehan seksual. Apabila tetap terjadi, ia menyarankan agar korban segera melapor ke pihak yang berwenang di kantor atau minimal bercerita pada rekan kerja yang dipercaya.

"Apabila tetap terjadi, jangan takut untuk lapor. Lapor ke HR, atau at least kalau ada serikat, lapor ke serikat. Hal seperti itu yang sebenarnya bisa kita lakukan untuk mencegah dan menanggulangi ketika kita mendapat pelecehan seksual," ujarnya.

Pelecehan seksual menurut Tania tidak hanya terjadi pada perempuan saja. Laki-laki juga bisa dilecehkan oleh lawan jenis.

"Setahu aku pelecehan seksual itu bukan hanya terjadi pada perempuan. Mas-masnya hati-hati loh, banyak perempuan agresif," ujarnya.

4. Adanya kasus pelecehan saat ini jadi tanggung jawab semua pihak

Pilot Garuda Indonesia, Tania Artawidjaya Citra, dalam acara Suara Perempuan: OTW Ruang Kerja Bebas Pelecehan. (IDN Times/Aryodamar)

Tania menilai kesetaraan gender seharusnya sudah menjadi hal lumrah di tahun 2023. Masih adanya pelecehan seksual, menurut Tania merupakan tamparan keras bagi semua pihak.

"Bukan hanya sebagai pekerja, tapi juga dari perusahaan, dan juga kementerian.

Baca Juga: Menciptakan Kesetaraan untuk Cegah Pelecehan di Ruang Kerja

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya