Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Kita, khususnya umat Muslim di Indonesia mungkin bahagia bisa menjalani ibadah puasa di Indonesia. Banyak makanan, minuman, termasuk dilengkapi dengan cahaya dan listrik yang memadai.
Namun, hal itu tidak dapat dirasakan bagi saudara Muslim kita yang berada di Palestina. Mereka terancam berbuka puasa dan sahur dalam keadaan tanpa penerangan.
Baca juga: Ini Cara Mudah Khatam Alquran Selama Ramadan
1. Bermula sejak pemblokiran Jalur Gaza
Sejak Jalur Gaza diblokade Israel, warga Palestina berjuang menghadapi kelangkaan listrik sejak 2006. Saat itu, Jalur Gaza berada di jurang krisis energi, hanya dapat pasokan listrik tiga hingga empat jam sehari.
“Akibat paling fatal mengancam aspek kehidupan mereka, khususnya pelayanan medis,” ujar relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Gaza, Muhammad Najjar, Senin (21/5).
2. Sangat minimnya pasokan listrik di Palestina
Data yang dirangkum ACTNews menunjukkan, saat ini Jalur Gaza hanya menerima 120 megawatt listrik dari Israel dan 32 megawatt dari Mesir. Sementara, pembangkit listrik yang berfungsi di Gaza hanya mampu menghasilkan 60 megawatt listrik. Angka itu masih tergolong kecil dari kebutuhan total listrik sekitar 600 megawatt.
“Buruknya lagi, generator listrik yang dimiliki warga Gaza itu lebih sering padam ketimbang menyala,” kata Najjar.
Dikutip dari Middle East Monitor, seorang pejabat sementara Kepala Kementerian Pertahanan Palestina Zafer Melhem mengatakan, 63 persen kebutuhan listrik Gaza tidak terpenuhi.
Hingga akhirnya, sebulan sebelum Ramadan, operasional satu-satunya stasiun pembangkit listrik di Jalur Gaza padam total pada Kamis (12/4), karena tidak ada bahan bakar dan kurangnya suku cadang.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
3. Krisis layanan kesehatan obat dan bank darah
Akibat kekurang pasokan listrik ini memicu beberapa rumah sakit dan pusat medis menangguhkan layanan mereka. Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan tiga rumah sakit dan 10 pusat medis di Jalur Gaza telah menghentikan layanan akibat kehabisan bahan bakar.
“Semua rumah sakit menderita krisis listrik. Dengan sumber daya seadanya mencoba menyediakan bahan bakar untuk menjalankan rumah sakit. Namun, karena harga bahan bakar yang mahal seringnya mereka tidak mampu menyediakan bahan bakar,” kata Najjar.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf Al-Qedra menyebutkan, 45 persen obat dan 58 persen pasokan laboratorium serta bank darah telah habis. Alasan utama di balik berhentinya pembangkit listrik karena tak tersedia bahan bakar industri dan kurangnya suku cadang.
Baca juga: Selama Bulan Ramadan, Masyarakat Indonesia Gunakan Internet Untuk Ini