TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi di Israel Sebut Vaksin Booster ke-4 Belum Efektif Lawan Omicron

Omicron dinilai masih berbahaya menurut WHO

Seorang pria Israel memakai masker berbicara dengan paramedis berpakaian baju pelindung di dekat tempat pemungutan suara khusus di mana warga Israel yang dikarantina akibat COVID-19 bisa memberikan suara dalam pemilihan nasional Israel di Haifa, Israel, pada 2 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Ammar Awad

Jakarta, IDN Times - Hasil sebuah studi yang dilakukan Israel menyatakan vaksin dosis keempat atau booster, mampu meningkatkan kadar antibodi yang lebih tinggi dibandingkan dosis sebelumnya. Hanya saja, booster ini dinilai belum efektif dalam mencegah infeksi varian Omicron.

“Ini mungkin masih belum cukup untuk (melawan) Omicron. Kita tahu sekarang bahwa tingkat antibodi yang diperlukan untuk melindungi, dan mencegah Omicron mungkin terlalu tinggi bagi vaksin, meskipun itu vaksin yang bagus," kata Direktur Unit Penyakit Menular di Sheba Medical Center, Gili Regev-Yochay kepada Reuters dikutip ANTARA, Selasa (18/1/2022).

Baca Juga: Moderna Klaim Data Vaksin Omicron Siap Maret 2022

1. Meneliti efek booster keempat vaksin Pfizer dan Moderna

ilustrasi botol vaksin COVID-19 buatan Moderna (pexels.com/Mufid Majnun)

Dalam studi tersebut, Sheba Medical Center Israel, menyuntikan booster kedua atau vaksin keempat Pfizer pada uji coba yang dilakukan kepada 154 stafnya, plus meneliti efek yang dihasilkan dari vaksin booster tersebut dua pekan setelahnya. 

Selain itu, mereka juga meneliti booster Moderna yang disuntikan kepada 120 orang usai disuntikan sepekan sebelumnya. Hasil dari penelitian tersebut, nantinya akan dibandingkan dengan kelompok orang yang tidak menerima booster dosis keempat vaksin COVID-19.

2. Studi dari Israel akan kembali jadi acuan

Ilustrasi Kronologi Penemuan Kasus Pertama Omicron di Indonesia/IDN Times Aditya

Beberapa temuan yang dibuka rumah sakit dalam studi ini merupakan awalan atau yang pertama di dunia. Hasil temuan ini juga masih belum diterbitkan Israel, karena mereka masih terus melakukan studi untuk menemukan cara efektif dalam menangani varian baru yang muncul.

Israel sebelumnya sukses meluncurkan vaksinasi COVID-19 pertama tahun lalu. Hal itu pun diikuti negara-negara lainnya. Jika studi ini berhasil, kemungkinan besar hal itu bakal jadi acuan bagi banyak negara lain.

Sebelumnya, Israel juga sudah melakukan vaksinasi COVID-19 booster kedua atau dosis keempat pada Desember 2021. Otoritas terkait mulai memberikan dosis tersebut kepada orang-orang berusia rentan hingga petugas kesehatan, dan pasien penderita gangguan imun.

Baca Juga: Amankah Sengaja Terkena Omicron agar Mendapat Imunitas Alami?

3. WHO ingatkan bahaya Omicron

ilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Hasil studi ini membuat Sheba Medical Center Israel, harus kembali bekerja ekstra keras menemukan formula tepat untuk menangani varian Omicron. Sebab, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan COVID-19 varian Omicron dapat mengakibatkan penyakit serius yang mengancam jiwa, meski beberapa temuan efek dan gejala Omicron ringan. 

Direktur Program Kedaruratan Kesehatan WHO Dr Mike Ryan mengatakan, masalah itu akan semakin membahayakan jika orang-orang yang terinfeksi tidak divaksinasi, terlebih orang tua dan orang dengan kondisi tertentu. Mereka berisiko menghadapi ancaman lebih tinggi untuk sakit parah jika terinfeksi Omicron, hingga menghilangkan nyawa.

“Omicron masih merupakan ancaman besar bagi kehidupan mereka dan ancaman besar bagi kesehatan mereka,” kata Ryan tentang mereka yang tidak divaksinasi selama Q&A di saluran media sosial WHO.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya