TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BMKG Imbau Masyarakat Waspada Gempa Susulan

Jauhi bangunan-bangunan rawan runtuh

ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

Jakarta, IDN Times - Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap gempa susulan. Kepala BMKG Pusat Dwikorita Karnawati mengatakan, untuk sementara waktu masyarakat sebaiknya tidak berada di bawah bangunan-bangunan yang rawan runtuh.

Sebab, kebanyakan korban meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan.

"Selain itu juga jauhi daerah lereng atau tebing batuan yang rapuh atau retak-retak karena dikhawatirkan rawan longsor, terutama saat terjadinya gempa susulan meskipun dengan magnitudo yang lebih kecil," ujar Dwikorita di Jakarta, Senin (6/8).

1. Tercatat 147 gempa bumi susulan

ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

Dwikorita menerangkan berdasarkan pantauan BMKG, hingga pukul 11.00 WIB telah terjadi sebanyak 147 gempa bumi susulan. Namun demikian, kekuatan gempa bumi susulan semakin melemah dibandingkan gempa utamanya yang terjadi kemarin malam.

Sehingga masyarakat diharapkan tetap tenang dan tidak terlalu cemas dengan adanya gempa susulan tersebut.

"Magnitudo terbesar pada 5,7 SR dari kejadian gempa bumi tadi malam. Dari 147 gempa bumi susulan, sebanyak 13 gempa yang dirasakan oleh masyarakat," terangnya.

Dwikorita menuturkan, munculnya gempa bumi susulan merupakan mekanisme alam guna menghabiskan energi gempa yang masih tersisa. Dengan demikian setelahnya batuan atau lempeng bumi kembali dalam kondisi stabil.

Gempa bumi yang mengguncang Pulau Lombok, Bali, Sumbawa, dan Jawa Timur Minggu (5/8) merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakkan Patahan Naik (thrust fault). 

2. Bidang patahan jadi sumber gempa bumi

ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Lantas, mengapa berpotensi tsunami meski letak episenter berada di darat? Dwikorita menjelaskan, sumber gempa bumi bukanlah suatu titik, melainkan bidang patahan yang menerus atau melampar memanjang hingga bidang patahan atau robekan batuan tersebut masuk di dasar laut dekat Pantai Lombok di bagian utara. Hal inilah yang akhirnya memicu terjadinya tsunami.

"Sejak peringatan dini WASPADA tsunami dikeluarkan BMKG, telah terjadi tsunami kecil di empat titik. Masing-masing di Desa Carik setinggi 13,5 cm, Desa Badas 10 cm, dan Desa Lembar 9 cm, dan Benoa (Pukul19.58 WIB) 2 cm, dan kemudian Peringatan Dini tersebut diakhiri pukul 20.25 WIB pada malam yg sama 5 Agustus yang lalu," paparnya.

Status ancaman tsunami tersebut hanya pada level waspada (ketinggian tsunami kurang dari 0,5 meter). Menurut dia, prediksi status ancaman yang dibuat oleh BMKG dipandang cukup akurat karena ketinggian tsunami berdasarkan monitoring tide gauge mencapai kurang dari 0,5 meter. 

Baca Juga: Berlibur di Gili Trawangan, 7 Turis Meninggal Akibat Gempa

3. Gempa bumi Lombok adalah main shock

ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

Lantaran epicenternya sangat berdekatan dengan gempa bumi yang terjadi pada 29 Juli 2018 lalu, BMKG menyatakan bahwa gempa bumi yang terjadi tadi malam merupakan gempa bumi utama (main shock) dari rangkaian gempa bumi yang terjadi sebelumnya. Gempa bumi ini dirasakan oleh masayarakat di daerah Mataram dengan intensitas IV SIG-BMKG (VII MMI) yang artinya bangunan mengalami kerusakan.

Sedangkan di Bima, Denpasar, Karang Asem mengalami intensitas III SIG-BMKG (V-VI MMI) yang artinya bangunan mengalami kerusakan ringan apabila memenuhi konstruksi standar bangunan aman gempa.

Gempa bumi ini juga dirasakan di Kuta dengan intensitas II SIG-BMKG (IV MMI) yang artinya tidak ada kerusakan namun dirasakan oleh banyak orang. Sementara di Waingapu, Genteng, Situbondo, Malang dengan intensitas II SIG-BMKG (II-III MMI) yang artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah.

"Guncangan gempa bumi ini dilaporkan menimbulkan kerusakan di Lombok dan sebagian dirasakan di wilayah Bali. Kejadian ini telah memakan korban jiwa dan kerusakan bangunan dan rumah," kata Dwikorita.

4. Cuaca cerah berawan dapat membantu proses evakuasi korban

BMKG

Terkait kondisi cuaca di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Dwikorita menjelaskan, berdasarkan hasil pengamatan dari Stasiun Meteorologi Kelas II Bandara Internasional Lombok, bahwa suhu muka laut (SST) di sekitar NTB cukup hangat antara 26-27 derajad celcius dengan anomali SST sekitar (-10C)- (1.00C).

Angin permukaan di wilayah NTB bertiup dengan variasi arah dominan dari Tenggara hingga selatan dengan kecepatan angin maksimum 35 km/jam.

“Kondisi cuaca di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya di wilayah Mataram, Kota Bima, dan Sumbawa Besar untuk 3 hari ke depan diprakirakan cerah-berawan. Kondisi ini, tentunya diharapkan dapat mendukung Tim SAR gabungan untuk melakukan evakuasi dan penyisiran," ungkapnya.

Sementara untuk tiga hari ke depan, kata dia, perlu diwaspadai gelombang yang mencapai lebih dari 2 m di Selat Lombok Bagian Utara, Selat Lombok Bagian Selatan, Selat Alas Bagian Selatan, Laut Sumbawa, Perairan Selatan Sumbawa, Samudera Hindia Selatan NTB dan Selat Sape sehingga masyarakat khususnya masyarakat pesisir dan nelayan perlu mewaspadai. 

Baca Juga: Update Gempa Lombok, Total Korban Meninggal 98 Orang

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya