TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Begini Tanggapan Millennial soal Program Kredit Pendidikan

Bagaimana menurut kamu?

Photo by Caleb Woods on Unsplash

Jakarta, IDN Times - Program kredit pendidikan menjadi salah satu solusi pemerintah untuk memenuhi hak pendidikan masyarakat. Bekerja sama dengan Bank Tabungan Negara (BTN), kredit pendidikan diberikan maksimal Rp200 juta dengan bunga 6,5 persen selama 5 tahun.

Pinjaman dana pendidikan tersebut dapat diakses oleh mahasiswa mulai jenjang S1 hingga S3. Lantas, bagaimana pendapat para mahasiswa dan masyarakat umum terhadap program tersebut?

Baca juga: Kredit Pendidikan Jadi 'Jebakan' Mahasiswa? Ini Kata Pakar Pendidikan

1. Kredit pendidikan ibarat dua sisi mata uang

IDNTimes/Iman Suryanto

"Ini ibarat dua sisi mata uang. Tergantung dari sang pengaju kreditnya. Kalau dia dari kelas menengah, ya mungkin bisa lunas tepat waktu. Tapi kalau kelas bawah, mungkin agak berat," kata Rizki Maretia Barus, mahasiswi Kasetsart University Thailand saat dihubungi IDN Times, Rabu (11/4).

Selain meraup keuntungan, lanjut Tia,  kredit pendidikan juga bertujuan agar setiap anak bisa meraih pendidikan lebih tinggi. 

"Sisi lain, ya biaya makin berat karena beban bunga. Kan pendidikan ialah hak segala bangsa, di pembukaan UUD," tutur dia.

Baca juga: Luncurkan Kredit Pendidikan, Mahasiswa Dibebani Bunga 6,5 Persen

2. Kredit pendidikan berpotensi disalahgunakan

IDNTimes/Iman Suryanto

Serli Evidiasari, mahasiswi Universitas Negeri Malang berpendapat kredit pendidikan bisa disalahgunakan. 

"Kalau bagi yang mampu sih gak ada pengaruh sama sekali, malah ada kemungkinan yang mampu pakai sistem kredit itu jadi lahan buat pinjam duit lain-lain," ujar Serli.

3. Kredit pendidikan dianggap menambah beban pemerintah

IDN Times/Sukma Shakti

Ardesita, alumni Universitas Indonesia itu mengatakan, program kredit pendidikan mengesankan betapa susahnya rakyat kurang mampu memenuhi hak pendidikannya. 

"Sepertinya rakyat Indonesia semakin terbebani dan ini pun tidak akan efektif. Mungkin yang berani ngutang bukan yang kurang mampu tapi kelas menengah ke atas," kata dia.

Di sisi lain, kata Ardesita, hal ini juga akan menambah beban pemerintah jika tanpa ada jaminan tersendiri pada kredit ini. Apalagi, pendidikan tinggi juga belum tentu menjamin seseorang mendapatkan pekerjaan.

"Dengan pendidikan tinggi tapi gak ada effort untuk bekerja ya sama saja," ujar dia.

4. Kredit pendidikan tidak efektif

IDNTimes/Iman Suryanto

Gimnastiar Darmawan, mahasiswa Universitas Padjajaran berpendapat, program kredit pendidikan tidak efektif, apalagi jika harus dikembalikan. Akan lebih baik jika uang tersebut digunakan untuk memodali anak-anak terpilih di tempat terpencil untuk mengakses pendidikan dan menjadi orang bermanfaat di tempat tinggalnya.

"Mengingat banyak saya lihat anak-anak kampus yang kalau dapat duit beasiswa malah dipakai belanja di luar konteks studi mereka alias hedon," kata Gimnastiar.

Baca juga: Kredit Pendidikan Jadi 'Jebakan' Mahasiswa? Ini Kata Pakar Pendidikan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya