TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kemensos: Pohon Pulai dapat Cegah Longsor

Penanaman pohon jadi solusi mencegah longsor

ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang

Jakarta, IDN Times - Pohon Pulai atau Pule dapat dimanfaatkan untuk menahan abrasi di bantaran sungai. Pohon tersebut banyak digunakan untuk penghijauan.

"Kemarin (dalam rapat bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla) dijelaskan bahwa salah satu pohon yang bisa menahan abrasi di bantaran sungai adalah Pohon Pule. Tinggi besar dan dikenal bisa menangkal petir. Masyarakat mengatakan, pohon ini yang sangat dijaga secara turun-menurun. Ternyata pohon itu sangat kuat," kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial RI Harry Hikmat, saat penyerahan santunan ahli waris korban meninggal akibat banjir besar yang melanda Sulawesi Selatan, di Kantor Bupati Gowa, Senin (28/1) petang.

Baca Juga: Usai Banjir, 80 Persen Pasokan Listrik di Sulsel Pulih

1. Penanaman pohon jadi solusi mencegah longsor

Basarnas Makassar

Harry mengatakan, salah satu solusi yang disampaikan Wapres JK adalah gerakan masyarakat menanam jenis pohon yang bisa mencegah terjadinya tanah longsor dan limpahan air, karena daya serap tanah sudah berkurang. Hal itu mengakibatkan kurangnya tumbuhan di hulu dan kerusakan lingkungan.

"Gerakan masyarakat melakukan penghijauan terutama di hulu dan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan salah satu upaya dalam mitigasi bencana berbasis masyarakat. Mereka kita ajak bersama-sama untuk mengurangi kerentanan dengan meningkatkan kemampuan diri dalam menangani bencana," tuturnya.

2. Pemerintah daerah didorong untuk memperkuat mitigasi bencana

Dok.IDN Times/Istimewa

Oleh sebab itu, dia melanjutkan, pemerintah daerah kota dan kabupaten di Sulawesi Selatan didorong untuk memperkuat mitigasi bencana berbasis masyarakat. Hal itu dilakukan dengan melibatkan masyarakat di wilayah rawan bencana agar upaya pencegahan dan penanganan bencana berjalan maksimal.

"Salah satu kesimpulan dalam Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana Sulsel yang dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Minggu (27/1) adalah adanya masalah di hulu, yaitu banjir dan longsor. Artinya, ada tata kelola lingkungan yang perlu kita pikirkan kembali," kata Harry.

3. Cakupan kampung siaga bencana dapat diperluas

IDN Times/Nofika Dian Nugroho

Terkait pendirian Kampung Siaga Bencana (KSB), kata Harry, cakupannya dapat diperluas menjadi per kawasan kecamatan agar semakin banyak masyarakat yang terlibat.

Dia mencontohkan, di Kabupaten Gowa saat ini baru ada satu KSB yakni KSB Parang Malengu, Kecamatan Pallangga. Ke depannya, dia berharap jumlahnya dapat ditambah dan cakupannya diperluas.

4. KSB akan segera dibentuk di Kecamatan Mamuju dan Bungaya

ANTARA/M Agung Rajasa

Sementara itu, Bupati Gowa Adnan Purichita Ichsan mengatakan, keberadaan KSB sangat penting mengingat wilayah Gowa merupakan wilayah rawan bencana. Oleh sebab itu, dalam waktu dekat akan dibentuk KSB di Kecamatan Manuju dan Kecamatan Bungaya.

"Dua wilayah itu merupakan daerah yang rawan bencana," katanya.

Dia berharap, perluasan daerah KSB di Kabupaten Gowa membuat masyarakat dapat waspada terhadap bencana, siaga pada perubahan lingkungan yang ekstrem, serta mengetahui langkah-langkah yang diperlukan dalam menanggulangi bencana.

Baca Juga: [UPDATE] Korban Meninggal Akibat Banjir di Sulsel jadi 68 Orang

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya