TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta-fakta Hari Lahir Pancasila yang Ditetapkan Jokowi

Hari Lahir Pancasila jadi hari libur nasional sejak 2016

Upacara peringatan Hari Lahir Pancasila yang diselenggarakan secara daring oleh UGM. Dok: Humas UGM

Jakarta, IDN Times - Pancasila berulang-ulang kali dibacakan dalam upacara sekolah hingga acara kenegaraan untuk mengingat dan memahami lima poin ideologi dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Pancasila sebagai pedoman bangsa lahir pada 1 Juni 1945 dan disepakati menjadi rumusan final pada 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Beberapa tahun terakhir kita terus memperingati Hari Lahir Pancasila sebagai hari libur nasional. Bagaimana proses penetapan Hari Lahir Pancasila dan apa yang melandasi penetapannya? Berikut fakta-fakta Hari Lahir Pancasila:

Baca Juga: Kisah Didi Kempot Sempat Ditawari Jokowi Bumikan Pancasila

1. Jokowi yang menetapkan Hari Lahir Pancasila

Upacara Virtual dalam Rangka Memperingati Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2020 (Youtube/Sekretariat Presiden)

Untuk melengkapi sejarah ketatanegaraan Indonesia, Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo menilai hari lahir Pancasila perlu ditetapkan. Atas dasar pertimbangan ini, pada 1 Juni 2016, Jokowi telah menandatangani Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila.

”Menetapkan tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila. Tanggal 1 Juni merupakan hari libur nasional, bunyi diktum pertama dan kedua Keppres tersebut,” dikutip dari laman Sekrtariat Kabinet Republik Indonesia, Senin (1/6).

Pada diktum ketiga Keppres ini menyatakan, pemerintah bersama seluruh komponen bangsa dan masyarakat Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni. Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkannya Keppres tersebut.

2. Mengakhiri polemik dan dikotomi sejarah kelahiran Pancasila

ANTARA/Genta Tenri Mawang

Keppres Hari Lahir Pancasila tersebut telah melengkapi dokumen kenegaraan Keppres Nomor 18 Tahun 2008 tentang penetapan tanggal 18 Agustus 1945 sebagai Hari Konstitusi. 

Dalam Keppres itu pula disebutkan bahwa sejak kelahirannya pada tanggal 1 Juni 1945, Pancasila mengalami perkembangan hingga menghasilkan naskah Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945 oleh Panitia Sembilan. Naskah itu disepakati menjadi rumusan final pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai satu kesatuan proses lahirnya Pancasila sebagai dasar negara.

Hal itu dipaparkan dalam konsideran huruf d Keppres Nomor 24 Tahun 2016. Keberadaan bagian konsideran ini sesungguhnya merupakan upaya pemimpin negara untuk mengakhiri polemik dan dikotomi sejarah kelahiran Pancasila yang rawan memecah belah persatuan bangsa.

Pandangan dan sikap yang sama sebelumnya juga telah disepakati dan dirumuskan oleh seluruh Fraksi dan Kelompok DPD RI di lembaga MPR RI dalam dokumen resmi yang menjadi bahan baku Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang diterbitkan tahun 2012.

Dengan demikian, secara historis, terdapat tiga rumusan Pancasila, yaitu rumusan Bung Karno yang disampaikan pada pidato 1 Juni 1945 dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), rumusan oleh Panitia Sembilan yang diketuai oleh Bung Karno dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, dan rumusan final pada Pembukaan UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI yang juga diketuai oleh Bung Karno pada 18 Agustus 1945.

Baca Juga: Peringati Hari Pancasila, Jokowi: Pandemik Menguji Daya Juang Kita

3. Pancasila sempat ditawarkan sebagai ideologi dunia

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (IDN Times/Aldzah Fatimah Aditya)

Pancasila juga pernah ditawarkan sebagai ideologi dunia oleh Bung Karno dalam Pidato di PBB pada tanggal 30 September 1960, ‘To Build The World A New’. Saat itu, pembumian Pancasila untuk dunia adalah perjuangan menciptakan perdamaian dunia, dimana kemerdekaan adalah hak segala bangsa.

Pancasila sebagai ideologi dunia berbeda, dan bahkan bertentangan dengan kapitalisme-liberalisme; bertentangan juga dengan marxisme-leninisme. Keduanya mengandung benih-benih imperialisme kolonialisme, sementara Pancasila bercita-cita membangun persaudaraan dunia.

“Untuk itulah Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung tahun 1955 dan mampu memberi inspirasi bagi kemerdekaan di lebih dari 28 negara,” ujar putri Presiden Indonesia pertama, Megawati Soekarnoputri lewat keterangan tertulisnya, Senin (1/6).

Baca Juga: Cak Imin: Pancasila Jadi Modal Indonesia Keluar dari Pandemik COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya