TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Beredar Ramalan Gempa Surabaya-Madura, Begini Faktanya

Surabaya dan Madura berada di Sesar Kendeng

Wikipedia/USGS

Jakarta, IDN Times - Beberapa waktu terakhir beredar informasi mengenai ramalan gempa di Surabaya dan Madura, Jawa Timur. Kamu perlu membaca artikel ini sampai tuntas ya. 

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meluruskan kabar tersebut. Dia menegaskan, potensi gempa bukan hanya ada di wilayah Surabaya dan Madura.

1. Sebagian besar wilayah Indonesia

ANTARA FOTO/Darwin Fatir

Dwikorita menegaskan, potensi gempa tak hanya di Surabaya dan Madura. Karena sebagian besar wilayah Indonesia yang berada dalam lingkaran Cincin Api Pasifik yang terbentuk oleh gerak lempeng tektonik aktif. 

"Cincin Api Pasifik adalah zona berbentuk tapal kuda dan menjadi zona sabuk gempa paling aktif di dunia. Bukan hanya Indonesia, wilayah lain, seperti Jepang, Taiwan, dan Selandia Baru juga masuk dalam Cincin Api Pasifik tersebut," kata dia, seperti dikutip dari Antara

2. Surabaya dan Madura berada di jalur sesar aktif

Twitter/@infobencana

Sementara itu, Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhammad Sadly menjabarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempabumi Indonesia 2017. Secara geologis dan tektonik, berdasarkan data itu, wilayah Kota Surabaya dan Madura berada pada jalur zona sesar aktif. 

Dalam hal ini, wilayah Surabaya berada pada jalur zona Sesar Kendeng dan Madura berada pada jalur zona Sesar RMKS (Rembang, Madura, Kangean, dan Sakala). 

"Saya berharap masyarakat tetap tenang, namun waspada. Pemerintah melalui BMKG terus memantau gempa yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia selama 24 Jam penuh setiap harinya," kata dia. 

Baca Juga: Kerugian Dampak Gempa dan Tsunami di Palu Mencapai Rp13,82 Triliun

3. Sejarah kegempaan jalur Sesar Kendeng

Twitter/@infobencana

Berdasarkan catatan sejarah kegempaan (Visser 1922), lanjut Sadly, jalur Sesar Kendeng pernah memicu terjadinya gempa bumi merusak di Mojokerto (1836,1837), Madiun (1862, 1915) dan Surabaya (1867).  

Sedangkan Sesar RMKS pernah memicu terjadinya gempa bumi merusak di Rembang-Tuban (1836), Sedayu (1902), Lamongan (1939), dan Sumenep (13 Juni 2018 dan 11 Oktober 2018 ).  

3. Bangunlah rumah dan bangunan yang tahan gempa

ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Mengingat kita hidup bersama gempa, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak buruknya. Salah satunya, kata Dwikorita, adalah membangun bangunan dan infrastruktur yang sesuai "building code" atau persyaratan bangunan tahan gempa, menetapkan tata ruang wilayah berbasis peta rawan bencana, menyiapkan jalur evakuasi, dan membangun tempat berlindung sementara untuk evakuasi vertikal dari ancaman tsunami di daerah pantai.  

"Jangan lupa senantiasa berdoa dan memohon keselamatan dan perlindungan kepada Allah SWT, karena hingga saat ini belum ada satu pun negara dan teknologi yang mampu meramalkan dan memprediksi gempa bumi," lanjutnya.

Baca Juga: Beredar Hoaks Gempa Surabaya, Risma: Senang Bikin Orang Panik?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya