TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah 2 Perempuan Alami Kekerasan Sampai Batuk Darah dan Trauma

#Akuperempuan kekerasan dapat terjadi di setiap hubungan

Ilustrasi kekerasan terhadap perempuan. IDN Times/ Ardiansyah Fajar

Jakarta, IDN Times - Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan telah berlangsung sejak 25 November hingga 10 Desember mendatang. Kampanye ini adalah gerakan internasional yang diharapkan dapat mendorong upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia.

IDN Times menghimpun banyak cerita yang dibagikan perempuan tangguh dan berani bersuara melalui fitur Instagram stories @IDNTimes. Beragam kekerasan dialami perempuan, baik saat masih pacaran maupun di dalam rumah tangga.

Berikut kisah dua perempuan yang berani menyuarakan kekerasan yang mereka alami. Mari simak dan bantu dunia tahu bahwa kekerasan perempuan masih banyak terjadi di balik kesunyian.

Baca Juga: Korban Kekerasan Perempuan di Jawa Tengah Paling Tinggi se-Indonesia

1. Mengalami kekerasan sejak pacaran hingga menikah

Ilustrasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Kisah pertama yang dibagikan adalah cerita seorang perempuan berinisial SA (23), yang pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Derita itu berawal ketika dia menikahi seorang pria yang ia sebut temperamen, namun kadang sangat penyayang.

“Dua tahun hidup dicaci maki, dihina, bahkan dipukul,” tulis SA, Rabu (27/11).

Dia menceritakan, sejak masa pacaran ia sering mengalami kekerasan mulai dari dilempar helm, hingga dipukul sampai terluka.

2. Alami kekerasan saat mengandung hingga batuk darah

(ilustrasi) IDN Times / Sukma Shakti

Penderitaan SA berlanjut hingga ia menikah dan mengandung. Dalam keadaan hamil, ia mengalami kekerasan hingga batuk darah.

“Seakan-akan kekerasan udah hal biasa apalagi sekadar kata-kata kasar atau pun bentakan, sudah kenyang,” kata dia.

Akhirnya, SA menghimpun kekuatan untuk berani memutuskan hubungannya dengan pria itu. Meski sudah bercerai, namun SA mengaku trauma dengan pernikahan. Kini, dia berusaha bangkit kembali untuk mengurus sang buah hati.

“Balas dendam terbaik, memiliki kehidupan yang lebih baik darinya,” tegas SA.

3. Saat pacaran alami kekerasan verbal dan fisik, bahkan dilarang bersosialisasi dengan orang lain

(Ilustrasi) IDN Times/Sukma Shakti

Kekerasan dalam hubungan ternyata tidak hanya dirasakan oleh perempuan yang sudah menjadi istri. Perempuan yang masih berstatus kekasih juga kerap mendapat perlakukan kasar dari pasangannya. Seorang perempuan berinisial RS (24), pernah mengalami kejadian buruk saat pacaran di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

Saat pacaran, RS sering mendapat kekerasan dari verbal hingga fisik. Dia juga dilarang bersosialisasi dengan teman-temannya.

“Belum lagi kalau ketemu pasti berantem dan dia berani jenggut (jambak) rambut aku,” kata RS kepada IDN Times.

4. Perempuan harus berani melawan hal yang salah

Ilustrasi pemerkosaan (IDN Times/Sukma Shakti)

Akhirnya setelah dua bulan, RS berani mengakhiri hubungannya karena tidak tahan dengan perlakuan sang kekasih. Namun, kejadian itu membekas pada dirinya. Perlahan RS juga belajar memahami setiap karakter orang berbeda.

“Semenjak saat itu ketemu laki-laki yang baru rasanya takut, trauma,” kata dia.

RS berpesan agar perempuan berani melawan sesuatu yang salah dan segera meninggalkannya. "Justru kita harus takut kalau terus menerus ada di jalan yang salah,” pesan RS.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya