TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemprov DKI Enggan Pakai Istilah New Normal, Ini Kata Wagub

Pemprov tetap berpegang teguh bahwa Jakarta masih transisi

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) didampingi Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih Ahmad Riza Patria (kanan) memberi salam usai pemilihan di Gedung DPRD DKI Jakarta di Jakarta, Senin (6/4/2020). Pada pemilihan Wakil Gubernur DKI Jakarta sisa masa jabatan 2017-2022 oleh DPRD DKI Jakarta, politisi Gerindra Ahmad Riza Patria memperoleh 81 suara sedangkan politisi PKS Nurmansyah memperoleh 17 suara sedangkan dua suara tidak sah (ANTARA FOTO/Deka Wira S)

Jakarta, IDN Times - Wakil Gubernur DKIJakarta, Ahmad Riza Patria, mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tidak secara gamblang berani menggunakan istilah new normal. 

Menurut Riza, penggunaan kata new normal bisa disalahartikan oleh masyarakat. Maka dari itu pihaknya lebih memilih menggunakan kata transisi.

"Kami belum berani menyebut kenormalan baru atau new normal. Karena menurut kami, kata 'normal' dapat berpotensi pemahaman di masyarakat seolah kita sudah aman, seolah sudah hilang virusnya, seolah-olah sudah bebas dan lain sebagainya,," kata dia dalam diskusi daring yang diselenggarakan Populi Center dan Smart FM Network, Sabtu (4/7/2020).

Baca Juga: Pengamat: Indonesia Gak Menyongsong New Normal, tapi New Backward!

1. Hati-hati dalam pemilihan diksi normal baru

Pengunjung menenteng tas belanja saat mengunjungi Mall Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (1/7/2020) (ANTARA FOTO/ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Transisi yang dimaksud oleh Pemprov adalah masa di masyarakat sedang menuju ke arah sehat, aman dan produktif. Dengan pemilihan diksi ini, Riza mengatakan bahwa pihaknya lebih hati-hati.

"Tidak hanya hati-hati, kami ingin memastikan di masa ini virus masih ada. Selama virus masih ada berarti itu potensi penyebaran, bahaya, dan apalagi vaksinnya belum ditemukan hingga hari ini," ujarnya.

2. Kata transisi dipakai supaya warga sadar Jakarta belum masuk new normal

Pengunjung menenteng tas belanja saat mengunjungi Mall Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (1/7/2020) (ANTARA FOTO/ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Penyebutan transisi, kata Riza, supaya batasan di masyarakat terlihat jelas antara PSBB murni dengan masa sehat, aman, produktif, atau new normal. Penggunaan istilah ini juga menurut dia supaya masyarakat sadar bahwa DKI Jakarta belum masuk ke new normal.

"Ternyata Jakarta belum new normal, atau Jakarta belum sehat, aman, produktif. Jakarta masih antara PSBB murni dan PSBB atau masa sehat, aman, produktif, jadi jelas batasannya, jadi kita masih menuju (ke normal baru)," katanya.

3. Walau dilonggarkan, masyarakat paham Jakarta belum masuk normal baru

Warga berolahraga saat hari bebas berkendara atau Car Free Day (CFD) di kawasan Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, Minggu (21/6/2020). Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi DKI Jakarta memisahkan jalur untuk pesepeda, olahraga lari, dan jalan kaki saat CFD pertama pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi. ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Walau pun memang di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi ini sudah dilakukan pelonggaran aktivitas, pihaknya membatasi kapasitas fasilitas umum maksimal 50 persen.

Menurut dia, masyarakat memang merasa senang dengan adanya pelonggaran karena sudah lama tidak beraktivitas secara bebas, namun, kata dia masyarakat Ibu Kota cenderung paham bahwa kondisi belum new normal.

"Itu artinya masyarakat menyadari bahwa virus masih ada dan masih perlu hati-hati," kata dia.

Baca Juga: Wagub Riza Patria Imbau Warga Berdamai dan Dansa dengan Virus Corona

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya