TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Psikolog: Motif Penyiraman Air Keras Agar Korban Merasakan Penderitaan

Pelaku pernah alami kecelakaan dan terpuruk

Konferensi pers penangkapan pelaku penyiraman air keras di Jakarta Barat, Sabtu (16/11). IDN Times/Lia Hutasoit

Jakarta, IDN Times - Psikolog Klinis dan Forensik Kasandra Putranto berpendapat, pelaku penyiraman air keras memilih korban perempuan secara acak. Namun, pelaku diperkirakan tidak memiliki gangguan kejiwaan.

“Karena perempuan lebih suka tidak awas terhadap sekeliling,” kata Kasandra saat ditemui di Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (16/11).

Menurut Kasandra korban perempuan dipilih karena dianggap lebih mudah dilukai. Keadaan pelaku yang terpuruk pasca-kecelakaan beberapa tahun lalu, membuatnya menyimpan dendam dan berpendapat melukai orang lain dapat mengurangi rasa sakitnya.

Pelaku telah ditahan kepolisian pada Jumat (15/11) di Gang Mawar, Kelurahan Meruya Utara, Jakarta Barat, sekitar pukul 18.30 WIB.

Baca Juga: Pelaku Teror Air Keras di Jakarta Barat Punya Masa Lalu Kelam

1. Pelaku pernah mengalami masa lalu yang buruk

IDN Times/Lia Hutasoit

Pelaku berinisial FY adalah seorang pekerja service air conditioner (AC), dan pernah jatuh dari lantai tiga namun kurang mendapat perhatian dari keluarga. Hal tersebut membuat pelaku memiliki rasa kepercayaan diri yang kurang.

“Kalau kita lihat di mata kiri dia memang ada luka, nah itu juga memengaruhi konsep diri dia,” ujar Kasandra.

Kasandra mengatakan dari unggahan di media sosial FY, pria 29 tahun itu jarang menggungah foto-foto terbaru. Artinya, pelaku tidak memiliki banyak teman dan kegiatan selain bekerja, pelaku cenderung lebih sering bermain game online usai bekerja.

2. Melukai orang agar orang lain merasakan kesakitannya

Barang-barang yang diamankan kepolisian dari pelaku penyiraman air keras, Sabtu (16/11). IDN Times/Lia Hutasoit

Kasandra memaparkan pelaku memang memiliki masalah bersosialisasi, menjalin hubungan intrapersonal, tidak memiliki empati, dan keterampilan komunikasi yang rendah. Namun hal tersebut tidak bisa dijadikan patokan FY adalah pengidap gangguan jiwa.

Kondisi FY yang terluka dan kesakitan pasca-kecelakaan membuat dia marah dan lebih agresif, hingga memilih menyakiti orang lain.

“Itu jadi suatu kondisi yang akhirnya memang mendorong ketika dia berada di kondisi psikologis yang tertekan, frustasi akibat luka, sakit, dan cedera yang merusak wajahnya. Dia jadi marah dan karena agresif dia jadi cenderung untuk melukai orang lain, dengan harapan orang lain bisa merasakan apa yang dia rasakan," kata Kasandra.

3. Pelaku memiliki kesadaran pada kesalahannya

Barang bukti pelaku penyiraman air keras di Jakarta Barat, Sabtu (16/11). IDN Times/Lia Hutasoit

Kasandra menyebutkan gangguan kejiwaan tidak serta merta dapat dilabelkan pada pelaku penyiraman air keras. FY dinilai sadar perbuatannya adalah kesalahan dan dia dapat mempertanggungjawabkan kejahatannya, namun dia tidak berpikir panjang.

"Gangguan jiwa itu sangat luas, mulai dari jenisnya, ringan, sedang, beratnya, kalau dalam psikologi forensik, dia masih bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya gak?" ujar Kasandra.

Baca Juga: Pelaku Penyiraman Air Keras di Jakarta Barat Gunakan Soda Api

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya