TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rekam Jejak Ali Kalora, Teroris Poso yang Tewas dalam Baku Tembak 

Ali Kalora dilatih secara militer dan pimpin 16 anggota MIT

Daftar DPO Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso. IDN Times/Kristina Natalia

Jakarta, IDN Times - Pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora tewas usai terlibat baku tembak dengan Satgas Madago Raya di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

"Kami sudah mendapatkan laporan terkait itu," ujar Kadiv Humas Polri, Irjen Argo Yuwono dilansir ANTARA, Minggu (19/9/2021).

Perjalanan panjang Ali Kalora dan kelompoknya berakhir sudah. Meski masih ada 4 anggota MIT yang masih buron, polisi meminta mereka menyerahkan diri.

Namun siapa Ali Kalora dan apa yang menyebabkannya begitu dicari hingga ke tengah hutan di Parigi Moutong? Berikut ulasannya.

Baca Juga: Mahfud MD Sebut Pemimpin MIT Ali Kalora Pernah Sembelih Manusia

1. Ali Kalora dan kelompoknya dikenal sadis

Anggota Teroris MIT yang menyerang polisi di Poso, Sulawesi Tenggara (Dok. Istimewa)

Aparat keamaan Indonesia sudah lama memburu MIT. Satuan Tugas (Satgas) dibentuk dalam perjalanan memburu Ali Kalora dan kelompoknya. Terakhir, Satgas Madago Raya yang berhasil mengakhiri perjalan Ali Kalora.

Sebelumnya ada Satgas Tinombala yang juga dalam proses pencarian berhasil menangkap sejumlah DPO dari MIT. Satgas yang beroperasi kala Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjabat tersebut menargetkan Ali Kalora sebagai sasaran utama.

Ali Kalora dan kelompoknya adalah dalang dari sejumlah tindak bengis seperti pembunuhan pada masyarakat. Pada 2020 MIT membuat aksi teror dengan membunuh empat warga di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah

Korban merupakan satu keluarga, terdiri dari pasangan suami istri, anak, dan menantu. Tujuh bangunan juga dibakar, terdiri dari enam rumah warga dan satu rumah ibadah.

Pada 11 Mei 2021, teroris MIT ini juga menewaskan empat petani di desa Klimago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso. Mereka menyerang perkebunan. Korban ditemukan dengan luka di leher.

2. MIT sulit ditangkap karena persembunyiannya

Poster berisi daftar DPO anggota MIT di Poso (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Awi Setiyono dalam keterangan pers di Bareskrim Polri, Selasa 2 Desember 2020 lalu menjelaskan alasan kenapa Ali Kalora atau yang bernama asli Ali Ahmad dan kelompoknya sempat sulit ditangkap.

Beberapa anggota MIT bahkan tak terlihat oleh petugas walau jaraknya hanya 10-20 meter karena hutan di sana terbilang lebat. Kelompok teroris ini juga kerap turun ke pemukiman untuk merampas makanan warga karena terdesak.

Baca Juga: Selain Ali Kalora, Satu Anggota MIT Poso Juga Tewas dalam Baku Tembak

3. Pemimpin MIT sebelumnya yakni Santoso tewas lebih dulu pada 2016

Ilustrasi Bom (Teroris) (IDN Times/Mardya Shakti)

Dalam buku berjudul Kekhalifahan ISIS di Asia Tenggara oleh Poltak Partogi Nainggolan (2019) dijelaskan bahwa potensi ancaman terorisme terus digerus, sisa-sisa pengikut MIT terutama kelompok Santoso yang belum tertangkap usai Santoso Tewas jadi sasaran utama Operasi Tinombala. 

Pimpinan MIT, Santoso tewas dipersembunyiannya di Gunung Biru, Poso pada Juli 2016. Ali Kalora yang belum tertangkap kala itu disebut sudah menguasai wilayah tertentu di Poso.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya