TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kurang Toleran Apa Minoritas di Indonesia?

Jangan merasa paling benar, ya!

Sukma Shakti/IDN Times

Jakarta, IDN Times - Maraknya aksi intoleransi akhir-akhir ini mendapat kecaman dari berbagai pihak. Pelarangan ibadah seorang biksu di Tangerang, penyerangan gereja di Yogyakarta, hingga penusukan terhadap ulama di Bandung, memunculkan tanya: Ke manakah perginya toleransi di Indonesia? 

Baca juga: Walau Ada Insiden Pengusiran Biksu, Tangerang Tetap Klaim Kota yang Toleran

1. Jangan mengklaim paling benar

IDN Times/Linda Juliawanti

Pengamat Politik Universitas Paramadina Zainul Ma'arif mengatakan Indonesia perlu memerhatikan sebuah konsep bahwa setiap agama yang ada adalah benar. 

Namun, Zainul meminta agar jangan sampai penganut agama berpikiran agama yang dianut adalah yang paling benar, karena itu merupakan sifat kekanak-kanakan.

"Klaim 'paling benar' itu kekanak-kanakan karena kalau kita dewasa kita akan sadar bahwa masing-masing orang punya keyakinan tentang kebenaran. Setiap pemeluk agama pasti meyakini bahwa agama yang dipeluknya itu benar," katanya.

Nah, ketika klaim paling benar itu muncul, maka ya arogansi pun akan ikutan muncul. "Ini yang bahaya," ujar Zainul dalam Deklarasi Pilkada Damai bersama Indonesia Development Assistance (IDETA) di D Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Selasa (13/2).

2. Kelompok mayoritas di Indonesia harus belajar toleransi

IDN Times/Linda Juliawanti

Zainul, yang juga merupakan aktivis Islam ini, mengatakan untuk mewujudkan Indonesia damai tanpa sentimen agama, terutama menjelang pelaksanaan Pilkada serentak, mutlak diperlukan toleransi.

"Sebenarnya kelompok mayoritas di Indonesia seharusnya belajar toleransi kepada minoritas. Karena mayoritas itu ibarat orang besar, pihak besar seharusnya mengayomi yang lebih kecil," ujar lulusan Universitas Al Azhar ini. 

3. "Kurang toleran apa minoritas di Indonesia?"

IDN Times/Linda Juliawanti

Zainul pun mengatakan bahwa diperlukan kesadaran dari kelompok mayoritas, dalam hal ini umat Islam, untuk memahami bahwa sesungguhnya kelompok minoritas sudah sangat toleran.

"Sehari kita, muslim, mengumandangkan azan dengan speaker, keras-keras bukan satu masjid tapi musola juga, di bulan Ramadan ada 'trong treng trang' bangunin sahur, lalu takbiran, mereka yang nonmuslim tidak mempermasalahkan. Pertanyaannya kurang tolerannya apa kaum nonmuslim di Indonesia?" tanya dia.

Baca juga: [Linimasa] Kasus Intoleransi dan Kekerasan Beragama Sepanjang 2018

 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya