TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gadis Alumni SMA Angkatan 2015 Ini Tolak Wacana UN Dihapus, tapi...

UN jadi pemicu belajar keras para siswa sekolah

Polemik Penghapusan UN (IDN Times/Muhamad Iqbal)

Tangerang Selatan, IDN Times - Sistem pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang dilakukan dalam tiga hari, meski terkesan sangat membebani dan tak adil karena mempertaruhkan tiga tahun belajar dengan ujian hanya selama tiga hari, nyatanya dinilai belum layak dihapus.

Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Eko Evi Sulastri (21) seorang alumni SMAN 1 Wirosari, Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah, yang kini tengah menjalani pendidikan tingginya di salah satu universitas di wilayah Tangerang Selatan.

Kepada IDN Times, Evi mengaku meski membuat dirinya deg-degan selama satu bulan dari sebelum UN, dirinya masih belum setuju jika UN dihapus. Menjadi semangat belajar dengan keras menjadi salah satu alasan ketidaksetujuannya.

Baca Juga: Wong Sumsel Nilai Ujian Nasional Tak Hargai Masa Belajar Tiga Tahun 

1. UN jadi pengingat kembali pelajaran

Ilustrasi siswa ikuti ujian nasional (ANTARA NEWS Lampung/Emir Fajar Saputra)

Evi mengungkapkan, UN memang menjadi salah satu momok yang sangat membebani fisik dan mental para pelajar. Namun hal tersebut, menjadi pengingat kembali pelajaran-pelajaran yang sudah dipelajari dari tingkat kelas sebelumnya.

"Pas UN pasti deg-degan, walau sudah persiapan juga sebelumnya, berasa banget pas h-1 bulan kali ya. Itu kayak digempur rasanya, sekolah pagi lalu pulang sore ada tambahan pelajaran diulang lagi yang dipelajari dari kelas 1 sampai 3, itu capek, sih, dan puncaknya ya pas UN," kata alumni SMA lulusan 2015 yang dikenal berprestasi ini, di kediamannya di Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (20/12).

2. Berharap ada pengganti yang memicu siswa tetap giat belajar

Polemik Penghapusan UN (IDN Times/Muhamad Iqbal)

Mahasiswi semester 6 di salah satu universitas di Tangsel ini mengungkapkan, meski jadi pertaruhan tiga tahun belajar dalam tiga hari, namun hal positif dari itu adalah dengan UN para pelajar jadi rajin ibadah dari yang biasanya jarang jadi rajin.

"Kalau menurut saya, anak Indonesia masih butuh itu buat jadi alasan mau belajar. Karena masih banyak anak sekolah yg minat belajarnya kurang. Paling gak kalau memang beneran dihapus, harus ada hal lain yang gantikan bahwa bagaimana meski tanpa UN anak-anak tetap mau belajar," kata Evi.

3. Meski jadi tempat banyak kecurangan, bukan berarti UN harus dihapus

Ilustrasi siswa mengikuti ujian akhir nasional. (ANTARA FOTO/Jojon)

Diakuinya, UN juga sebenarnya menjadi tempat timbulnya kecurangan, seperti jual-beli kunci jawaban.

"Teman sekelas ada yang beli kunci jawaban. Lalu ada teman dari lain sekolah cerita kalau guru bagiin kunci jawaban," kata Evi.

Hal tersebut juga disebut Evi sebagai hal yang tak efektif dari UN.

"Ngerasa kalau UN jadi gak efektif, sih, tapi bukan berarti UN yang harus dihapuskan kalau kayak gini," kata Evi.

Baca Juga: Pelajar di Balikpapan Mendukung Penghapusan Ujian Nasional

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya