TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peneliti UI Setuju Peta Jalan Pendidikan Dimulai dari Jenjang PAUD

Peneliti UI: Seperti busur panah, mundur untuk maju lebih

Sosiolog dan Pengajar Vokasi UI, Devie Rahmawati (Website/http://www.dpr.go.id/serba-serbi/tv-parlemen/id/10)

Jakarta, IDN Times - Pengamat sosial sekaligus pengajar dan peneliti tetap Program Vokasi Humas UI, Devie Rahmawati menyebut tak masalah jika menarik mundur Peta Jalan Pendidikan Indonesia, mulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD). Dia menganalogikan hal ini sebagai langkah busur panah, mundur untuk lompatan lebih jauh.

"Saya sepakat 200 persen dengan para bapak, kita mulai dari PAUD dan SD," kata Devie dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi X DPR yang disiarkan secara virtual, Rabu (11/11/2020).

"Andaikan begini, setahun atau dua tahun itu energi ke sana, anggaran, ahli, semua ke sana, termasuk kami di universitas," lanjut dia.

Baca Juga: 15 Negara dengan Sistem Pendidikan Terbaik di Dunia, Mana Saja?

1. Peran perguruan tinggi untuk tingkatkan kemampuan guru

Ilustrasi Profesi (Guru) (IDN Times/Mardya Shakti)

Menurut Devie, perlu ada peranan aktif perguruan tinggi untuk meningkatkan kemampuan guru. Salah satunya dengan menciptakan program studi yang sekiranya memuat kejurusan guru.

Program studi ini, kata Devie, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidik, baik wawasan maupun cara mengajar. "Nah, ini hal-hal yang memang perlu universitas menyiapkan juga program studi seperti itu," kata dia.

2. Pembenahan dilakukan secara bertahap

Sosiolog dan Pengajar Vokasi UI, Devie Rahmawati (Website/http://www.dpr.go.id/serba-serbi/tv-parlemen/id/10) Key: Devie Rahmawati

Devie setuju jika peta jalan pendidikan di jenjang PAUD dan SD telah rapi dan sistematis berjalan baik, selanjutnya peta jalan pendidikan dapat diterapkan untuk jenjang SMP hingga perguruan tinggi.

"Begitu semua sudah beres di SD, baru kita naik pelan-pelan ke SMP, abis itu SMA, baru sampai ke pendidikan tinggi. Ibarat busur panah, ada kalanya kita harus mundur tetapi harus melesat lebih jauh. Mundur tadi yang tadi saya sampaikan," kata dia.

Baca Juga: Kisah Nur Rohim, Guru Honorer yang Berjuang untuk Pendidikan Merauke

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya