TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fenomena Hijrah di Indonesia, Membahayakan NKRI Atau Tidak?

Negara diharapkan hadir dalam memahami fenomena hijrah

Instagram.com/kajianmusawarah

Jakarta, IDN Times - Hijrah, kata ini sedang tren di Indonesia saat ini. Tidak hanya masyarakat biasa, kalangan artis pun tengah dilanda tren ini. Lalu apa itu hijrah?

Sekretaris Pengurus Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah David Krisna Alka menjelaskan, ada dua varian kelompok masyarakat yang menganggap dirinya hijrah saat ini.

Varian pertama yakni hijrah yang dilatarbelakangi dan bermotif kosmopolitan atau gaya hidup urban. Kemudian yang kedua adalah hijrah yang dilatari dan bermotif ideologi transnasional.

Baca Juga: Ustaz Rahmat Baequni: Guru, Pemuda Hijrah, hingga Tersangka Hoaks

1. Ancaman terhadap NKRI tergantung dari varian hijrah

IDN Times/Marisa Safitri

Menurut David, varian kelompok masyarakat yang menganggap dirinya hijrah saat ini adalah hijrah yang dilatarbelakangi dan bermotif kosmopolitan atau gaya hidup urban.

Hijrah jenis ini  tidak mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tren ini, lanjut David, hanya sebuah respons atas modernitas dalam gaya hidup, yang menurut pelakunya tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman dan juga tidak mencerminkan budaya timur.

Sedangkan fenomena hijrah yang cukup plural adalah tren hijrah yang dilatari dan bermotif ideologi transnasional.

Varian hijrah ini dinilai dapat mengancam NKRI. "Kenapa? Karena hijrah ini sudah sampai kepada titik ideologi,” ujar David, Kamis (25/7), di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

2. Terlambatnya kehadiran negara menjadi salah satu pemicu munculnya hijrah pada tingkat ideologi

IDN Times/Marisa Safitri

Menurut David, kondisi di lapangan saat ini menunjukkan bahwa bukan hanya varian terkait gaya hidup saja yang rentan akan perubahan menuju ideologi. Bahkan, orang yang tadinya berprinsip sekuler-modern juga rentan terpapar ideologi.

“Persoalannya, ketika terjadi transformasi dari lifestyle ke ideologis, berarti ada keterlambatan negara untuk hadir mengatasi masalah tersebut,” tutur David.

3. Perlu pemahaman masyarakat terkait hijrah itu sendiri

IDN Times/Marisa Safitri

David menilai, perlu dilakukan riset sosio-antro-politis untuk memetakan fenomena hijrah secara lebih komprehensif, akurat, dan presisi. Tujuannya adalah agar pendekatan dalam menghadapi masyarakat yang melakukan tindakan hijrah berada pada kondisi yang tepat dan terarah.

Selaras dengan David, Deputi V Kantor Staf Presiden Jaleswari Pramodhawardani mengatakan, makna hijrah yang sesuai dengan ayat Alquran surat Al-Baqarah ayat 218 adalah berpindah dari perilaku buruk ke perilaku baik.

Masih kata Jaleswari, pernyataan Presiden Joko “Jokowi” Widodo, bahwa hijrah bermakna baik jika menuju sikap kolaboratif, sehingga jika itu terjadi maka harus disebarkan ke seluruh elemen anak bangsa.

“Dalam pidato Presiden Jokowi November lalu, Presiden mengingatkan hijrah harus dimaknai dengan artikulasi yang bersifat positif. Kita semua harus hijrah dari pesimisme ke optimisme, konsumtif ke produktif, dari marah-marah ke sabar-sabar, yang individualistik ke kolaboratif,” ujar wanita yang akrab disapa Dani ini.

Topik:

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya