TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gonjang-ganjing PSI Ditinggal Kader Jelang Pemilu 2024

PSI dinilai mulai kehilangan jatidiri 

Baliho Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di sekitar kawasan Palmerah, Jakarta Pusat, Selasa (28/6/2022). (dok. PSI)

Jakarta, IDN Times - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sejauh ini belum memunculkan strategi atau manuver partai politik yang akan berlaga di Pemilu 2024. Meski terbilang sebagai partai politik yang anyar, PSI cukup menarik perhatian lantaran muncul dengan nuansa baru yang merepresentasikan generasi muda di dunia politik.

PSI dinilai sedang mengalami goncangan internal usai banyak kader andalannya mengundurkan diri.

Pengamat politik Universitas Al Azhar, Ujang Komaruddin menilai mulai muncul perbedaan pandangan di internal partai yang baru terbentuk pada 2014 itu.

“Saya melihat kelihatannya PSI sedang mendapatkan goncangan-goncangan di internal. Karena kelihatannya bahwa apa yang dulu menjadi cita-cita PSi tidak dilaksanakan, seperti memberantas korupsi dan lain-lain,” kata Ujang saat dihubungi IDNTimes, Selasa (5/7/2022).

Baca Juga: Pasang Baliho Gambar Jokowi, PSI Dukung 'Ojo Kesusu' Soal Capres

Baca Juga: Grace Natalie Beberkan Alasan Sunny Mundur dari PSI, Karena Anies?

1. Giring Ganesha gantikan Grace Natalie jadi ketum PSI

Giring "Nidji" Ganesha. (Instagram.com/ Giring)

PSI mulanya dinahkodai oleh Grace Natalie sebagai Ketua Umum. Namun pada 2021 Grace mundur dari jabatan Ketua Umum PSI dan digantikan oleh Giring Ganesha, eks vokalis band Nidji.

Grace Natalie sendiri kini menduduki jabatan baru sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina PSI. Sementara Sekjen PSI diisi oleh Dea Tunggaesti.

Partai yang disebut representasi generasi muda ini tak berkomentar banyak terkait penggantian posisi pimpinan di PSI ini. Namun semenjak Giring menjadi ketum, manuver politik PSI mulai makin gencar menyoroti kebijakan Gubernur DKI Anies Baswedan.

2. Manuver politik PSI disebut subyektif

Ujang menilai PSI mulai kehilangan ruh dan cita-citanya saat ini. PSI yang dulu gencar berkampanye anti korupsi, kini justru tak bersuara soal kasus korupsi yang menimpa beberapa elit politik.

PSI justru kini semakin tajam mengkritik kebijakan Anies Baswedan, namun seolah tumpul terhadap kebijakan Presiden Joko “Jokowi” Widodo.

“Seakan-akan dalam tanda kutip, Anies banyak salahnya, tapi Jokowi gak ada salahnya. Penilaiannya belum objektif sebagai partai pendatang,” kata Ujang.

PSI juga pada kenyataannya banyak mendapatkan posisi dan jabatan di kursi pemerintahan. Terbaru, Sekretaris Dewan Pembina PSI, Raja Juli Antoni dilantik menjadi Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR/BPN).

“Ketika bergabung dengan koalisi Jokowi, di pemerintahan kan banyak mendapatkan posisi dan jabatan, ada yang jadi wamen, ada yang jadi komisaris dan macam-macam,” ucap Ujang.

Menurutnya terjadi perebutan kekuasaan bahkan di internal PSI sendiri. Hal ini pula yang dinilai membuat banyak kader PSI mengundurkan diri.

“Di situ saya lihat ada perpecahan yang munculnya banyak mengundurkan diri dari PSI,” ujarnya.

Baca Juga: Anies Gratiskan PBB di bawah Rp2 Miliar, PSI: Pemanis di Akhir Jabatan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya