TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ketum PBNU Said Aqil Akan Perjuangkan Gus Dur Dapat Gelar Pahlawan

Sejumlah tokoh NU sudah mendapat gelar pahlawan nasional

nu.or.id

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengatakan pihaknya akan memperjuangkan agar Presiden Kempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mendapat gelar pahlawan. Dalam pernyataannya, Said juga bersyukur tokoh NU Pendiri Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU H Usmar Ismail mendapatkan gelar pahlawan nasional pada 10 November 2021.

Selain Usmar Ismail, tokoh NU yang sudah mendapat gelar pahlawan nasional antara lain Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahid Hasyim, KH Wahab Chasbullah, KH Idham Chalid, dan KH As’ad Syamsul Arifin.

"Ke depan, mari kita upayakan dan perjuangkan, khususnya untuk almarhum Gus Dur agar beliau mendapatkan gelar pahlawan nasional. Sangat layak. Seharusnya bangsa ini berterima kasih kepada Gus Dur sebagai tumbal demokrasi selama 32 tahun ketika pemerintahan otoriter dan tidak demokratis," ujar Said dikutip dari laman NU Online, Selasa (23/11/2021).

Baca Juga: 4 Profil Tokoh Bursa Calon Ketum PBNU, Mulai dari Petahana sampai Kiai Muda

1. Said menyampaikan pandangan Al-Qur'an terhadap seniman

Ketua PBNU Kiai Said Aqil Siradj saat ditemui di Mapolda Jatim. IDN Times/Fitria Madia

Said kembali menyinggung Usmar Ismail sebagai tokoh seniman yang berpengaruh di Indonesia. Menurutnya, penyair, seniman atau budayawan juga tercantum dalam Al-Qur'an Surah ASy-Syu'ara ayat 224-227. Dalam surah tersebut disebutkan seniman merupakan orang-orang yang penuh khayalan, mereka bisa berbicara tapi tidak melakukan.

"Yang dibicarakan tidak dilakukan, maka mereka rugi. Kecuali seniman yang beriman kepada Tuhan dan beramal saleh, beramal baik, itulah kekasih Allah, itulah yang dipilih Tuhan, bukan seniman dan budayawan yang lainnya," ucap Said.

"Kita yakin, Pak Usmar Ismail dan Pak Asrul Sani sebagai budayawan dan seniman yang beriman kepada Allah dan meninggalkan amal shaleh yang bermanfaat untuk kita," sambungnya.

2. Martabat bangsa bergantung pada budaya

Ketua PBNU Said Aqil usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta Pusat (dok. IDN Times/Istimewa)

Said kemudian membacakan syair karya astrawan asal Mesir Ahmad Syauqi Beik, yang dimaknai martabat bangsa tergantung dari budayanya. Ia menilai jika suatu negara baik budayanya, maka akan membawa kehormatan bagi bangsanya.

Said kemudian membandingkan antara negara di Timur Tengah dan Jepang.

"Kita lihat di Timur Tengah. Agama, syariat, dan teologinya benar tetapi budayanya hancur, maka di mata dunia mereka rendah sekali. Bandingkan dengan Jepang. Agama, teologi, dan ibadahnya tidak jelas tetapi berbudaya tinggi karena disiplin, tidak korupsi, HAM terlindungi, bermartabat. Dunia segan dan hormat dengan bangsa Jepang padahal teologinya tidak jelas,” katanya.

Baca Juga: Dari Said Aqil Sampai Gus Baha, Siapa yang Dijagokan Jadi Ketum PBNU?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya