Kiai Noer Ali, Pejuang Betawi Lawan Penjajah Berjuluk Singa Bekasi
Selain itu, KH Noer Ali juga berjuluk belut putih
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Agustus diperingati sebagai bulan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kemerdekaan Indonesia diraih dengan tumpah darah, air mata, dan nyawa.
Kala itu, tak hanya laskar dan pemuda yang ikut berjuang. Kiai juga turut bergerilya di medan tempur. Salah satu kiai yang turut berjuang adalah KH Noer Ali.
Seorang ulama berdarah Betawi ini turut berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Kiai Noer Ali bahkan disebut sebagai Singa dari Bekasi.
Baca Juga: 5 Ulama Betawi Terkemuka, Berpengaruh hingga di Tanah Suci
Baca Juga: Belanda Minta Maaf Pada Indonesia Atas Kekerasan di Zaman Penjajahan
1. Profil KH Noer Ali
Dilansir lanudi.id, Kiai Noer Ali lahir pada 15 Juli 1914 di Desa Ujung Malang Bekasi, Jawa Barat. Kiai Noer Ali lahir dari pasangan Anwar bin Layu, seorang petani, dan Maimunah.
Sejak kecil, Kiai Noer Ali dikenal sebagai sosok anak yang cerdas. Beliau mempelajari Al-Qur'an dari ayah dan kakaknya.
Di usia 5 tahun, Kiai Noer Ali mampu menghafal surat-surat pendek. Di usia 7 tahun, Kiai Noer Ali belajar mengaji di Guru Maksum Bekasi dan Guru Mughni. Dari kedua gurunya ini, Kiai Noer Ali banyak menimba ilmu agama.
Tak hanya ilmu agama, Kiai Noer Ali juga berguru ilmu beladiri. Ialah Guru Marzuki yang mengajari ilmu beladiri kepada Kiai Noer Ali.
Kiai Noer Ali menyerap dengan baik ilmu beladiri hingga disebut sosok yang sakti. Beliau juga dijuluki sebagai 'belut putih' karena kelincahannya.
Pada 1934, Kiai Noer Ali melanjutkan pendidikannya di Mekkah. Beliau menempuh pendidikan di madrash Darul u’lum. Guru-guru beliau antara lain Syekh Ali al Maliki, Syekh Umar Turki, Syekh Umar Hamdan, dan Syekh Ahmad Fathani.
Selama di Mekkah, Kiai Noer Ali bersama pelajar Indonesia membentuk himpunan Pelajar Betawi dan Himpunan Pelajar Indonesia.