TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kembangkan Energi Alternatif, Pertamina Teruskan Kajian Gasifikasi Batubara

Bentuk komitmen Pertamina mengembangkan energi alternatif

Penandatanganan nota kesepahaman Pertamina dengan stakeholders, Senin (7/11)/Dok. Pertamina

Jakarta, IDN Times - Pertamina terus menunjukkan komitmen untuk mengembangkan energi alternatif. Salah satunya adalah untuk pengembangan program gasifikasi batubara yang dapat diproses menjadi bahan bakar pengganti LPG, yaitu DME (Dimethyl Ether).

Hal tersebut ditunjukkan dengan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama strategis gasifikasi batubara antara Pertamina dan sejumlah perusahaan batubara di Jakarta, Senin (7/12).

Kerja sama itu pun diapresiasi oleh Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin. Menurutnya, kerja sama ini sangat strategis mengingat Indonesia memiliki cukup banyak potensi batubara berkalori rendah.

“Atas nama ESDM, kami menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya karena program ini akan menjadi keunggulan kompetitif kita. Dengan gasifikasi batubara, maka bisa menjadi subtitusi impor. Dan kita juga berusaha menarik investasi lebih banyak sehingga dapat mendatangkan multiplier effect,” ujar Ridwan.

Baca Juga: Upaya Pertamina Dorong Transisi Energi dari Berbasis Fosil ke EBT

1. Penerapan teknologi yang tepat pada program gasifikasi batubara begitu penting

Ilustrasi tambang batubara (IDN Times/Istimewa)

Sejalan dengan Ridwan, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, program gasifikasi batubara merupakan upaya perusahaan untuk mengembangkan energi alternatif dengan bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia sekaligus mengurangi impor LPG. Namun, ia menekankan pentingnya penerapan teknologi yang tepat dalam program ini sehingga dapat mengurangi dampak lingkungan yang dikhawatirkan dari penggunaan batubara.

“Program pengurangan impor BBM dan LPG ini sejalan dengan strategi Pertamina ke depan untuk mengoptimalkan sumber daya alam sebagai bahan baku energi sehingga dapat mengurangi impor dan defisit neraca perdagangan. Dengan banyaknya sumber daya yang dimiliki Indonesia dan teknologi yang tepat, maka isu lingkungan dapat dibuktikan. Bahwa program gasifikasi batubara menjadi DME menggantikan LPG tidak akan menjadi isu lingkungan di Indonesia. Pemilihan teknologi menjadi kunci,” kata Nicke.

Baca Juga: Kinerja Meningkat, Pertamina Optimistis Cetak Laba Positif Akhir 2020

2. Program gasifikasi batubara menggandeng dua perusahaan ini

Penandatanganan nota kesepahaman Pertamina dan stakeholder, Senin (7/11)/Dok. Pertamina

Ia pun menyampaikan, program gasifikasi batubara perlu didukung kepastian regulasi ke depannya sehingga menjadi stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, industri, dan menciptakan lapangan kerja di Indonesia.

Program tersebut sebetulnya dimulai Pertamina sejak beberapa waktu lalu. Sebagai bentuk komitmen, Pertamina melanjutkan program ini dengan menggandeng lebih banyak perusahaan batubara, di antaranya adalah PT Adaro Energy Tbk dan PT Indika Energy Tbk.

Menanggapi hal tersebut, Komisaris PT Adaro Energy Tbk Arini Saraswaty Subianto menjelaskan bahwa pihaknya mengapresiasi langkah Pertamina untuk mengembangkan gasifikasi batubara dalam rangka mendukung upaya pemerintah pada program peningkatan nilai tambah batubara.

“Selain membuka peluang diversifikasi serta pengembangan bisnis bagi Adaro dan Pertamina, kami berharap kerja sama ini dapat membawa banyak manfaat bagi Indonesia, terutama dalam usaha untuk meningkatkan ketahanan energi nasional, menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi defisit neraca perdagangan, mengurangi beban subsidi pada APBN, dan menjadi katalis untuk pertumbuhan ekonomi, baik di tingkat lokal maupun nasional,” ujar Arini.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya