TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Mush'ab bin Umair, Pujaan Wanita Makkah yang Menjauhi Kemewahan

Mush'ab rela hidup miskin berjuang bersama Rasulullah SAW

Ilustrasi Kota Makkah (Pixabay/GLady)

Jakarta, IDN Times - Mush'ab bin Umair adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW, yang dijuluki "Mush'ab Yang Baik". Pemuda berwajah tampan dan selalu menjadi pujaan hati wanita Makkah. Lahir dari keturunan Quraisy, Mush'ab bin Umair hidup berkecukupan dan dimanjakan keluarganya.

Tak hanya wanita, Mush'ab bin Umair juga selalu menjadi bintang di setiap pertemuan di Makkah. Sejarawan menyebut Mush'ab bin Umair memiliki nama yang harum di Makkah, karena keteguhan imannya dan kesetiaannya pada Islam serta Rasulullah SAW.

Bagaimana sosok Mush'ab bin Umair yang kehormatannya dikagumi masyarakat Makkah dan umat Islam pada masanya?

Baca Juga: Kisah Thalhah bin Ubaidillah, Sahabat Nabi Berjuluk Syahid yang Hidup

1. Mush'ab bin Umair meninggalkan kemewahan berjuang demi Islam bersama Rasulullah

Ilustrasi kisah nabi (IDN Times/Aditya Pratama)

Mush'ab bin Umair pemuda yang dimanja kemewahan ini penasaran hingga berusaha mencari sosok Rasulullah SAW dan agama yang dibawanya, karena pada masa itu selalu menjadi perbincangan masyarakat Makkah setiap saat.

Dikisahkan dalam buku "Biografi 60 Sahabat Nabi" karya Khalid Muhammad Khalid, Mush'ab bin Umair yang dikenal berpenampilan anggun dan cerdas, akhirnya mengetahui keberdaan Rasulullah dan menemui di Bukit Shafa, kediaman Al-Arqam bin Abul Al-Arqam.

Mush'ab yang mendengarkan lantunan ayat-ayat Al Quran dari Rasulullah, langsung bergetar hatinya. Mush'ab merasa gembira mendengar lantunan ayat suci Al Quran. Ia merasakan kedamaian di hatinya hingga ia masuk Islam.

Ibunda Mush'ab, Khannas binti Maliq, yang disegani masyarakat Makkah, menjadi sosok yang paling ditakuti Mush'ab usai masuk Islam. Ia khawatir dan gelisah ibunda mengetahui dia masuk Islam, dan terus merahasiakan keislamannya.

2. Rahasia keislaman Mush'ab bin Umair akhirnya diketahui ibundanya

Ilustrasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Utsman bin Talhah suatu hari melihat Mush'ab bin Umair memasuki kediaman Al Arqam dan melihat Mush'ab melakukan salat seperti yang dilakukan Rasulullah, segera melaporkan kabar ini kepada ibunda Mush'ab.

Mush'ab pun akhirnya berdiri di hadapan sang ibu dan keluarganya serta pemuka Makkah dengan membacakan ayat-ayat Al Quran. Sang ibu yang akan membungkam mulut Mush'ab dengan tamparan keras, luluh dengan kewibawaan dan kejujuran putranya.

Meski tak kuasa menampar putranya, sang ibu mengurung Mush'ab di ruang terisolasi di rumahnya. Hingga suatu hari Mush'ab diam-diam keluar dari rumahnya. Dia hijrah ke Habasyah (Etiopia) bersama kaum Muhajirin, dan setelah sekian lama kembali ke Makkah.

Keimanan Mush'ab kian menguat dan semakin setia mendampingi Rasulullah SAW.

3. Mush'ab bin Umair rela hidup miskin dan susah

Ilustrasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Suatu hari Mush'ab duduk bersama Nabi Muhammad SAW dan para sahabat lainnya. Semua memandang Mush'ab dengan mata tertunduk dan merasa prihatin. Beberapa di antara mereka berlinang air mata karena terharu melihat penampilan Mush'ab, yang memakai jubah usang penuh tambalan.

Para sahabat teringat Mush'ab sebelum masuk Islam yang dikenal hidup berkecukupan dengan pakaian serba mewah. Rasulullah juga memandang Mush'ab penuh bijaksana dan kasih sayang, seraya bersabda:

"Aku telah mengetahui Mush'ab ini sebelumnya. Tidak ada pemuda Makkah yang lebih dimanjakan oleh orang tuanya seperti dirinya. Kemudian ia meninggalkan itu semua karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya."

Ibunda Mush'ab tak lagi sudi menghidupi anaknya karena dianggap mengingkari agama lamanya. Bahkan semakin murka. Sang ibu kembali mengurung Mush'ab dan mengancam akan membunuh siapapun orang-orang yang membantu membebaskan anaknya dari kurungan.

Namun, sang ibundanya akhirnya tak kuasa dengan kekokohan dan keimanan Mush'ab hingga akhirnya membebaskan putranya dengan cucuran air mata. Keduanya berpisah dengan berlinang air mata.

"Pergilah sesuka hatimu, aku bukan ibumu lagi," ujar ibunda Mush'ab.

Mush'ab menghampiri ibundanya seraya mengatakan, "Wahai ibunda, saya ingin menyampaikan nasihat kepada bunda, dan ananda merasa kasihan kepadamu. Saksikanlah tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."

Mush'ab pun akhirnya memilih hidup miskin dan sengsara, meninggalkan kemewahan.

4. Mush'ab menjadi utusan Rasulullah SAW

Ilustrasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Suatu hari Rasulullah SAW mengutus Mush'ab mengajarkan Islam kepada orang-orang Anshar yang telah berbaiat kepada Rasulullah di Madinah. Sebenarnya banyak sahabat Rasul yang lebih tua dan berpengaruh, namun Mush'ab yang dipilihnya.

Saat Mush'ab pertama tiba di Madinah, di Bukit Aqabah, baru 12 orang yang memilih Islam. Namun beberapa bulan kemudian, banyak masyarakat di Madinah memenuhi panggilan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Pada musim haji berikutnya, setelah tahun perjanjian Aqabah, Mush'ab memimpin rombongan 70 orang mukmin laki-laki dan perempuan menemui Rasulullah SAW

Di Madinah, Mush'ab tinggal di kediaman As'ad bin Zurarah. Bersama As'ad, Mush'ab mengunjungi kabilah-kabilah rumah-rumah dan pertemuan-pertemuan untuk mensiarkan Islam.

Syiar Islam di Madinah tidak lepas dari ancaman kaum kafir. Mush'ab pernah diancam Usaid bin Al-Hudhair dengan todongan pisau di lehernya. Namun berkat kecerdasan dan ketenangan jiwanya, Mush'ab berhasil membuat hati Usaid luluh hingga dia masuk Islam, setelah Mush'ab melantunkan ayat-ayat suci Al Quran.

"Alangkah indah dan benarnya ucapan itu. Apakah yang hendak dilakukan oleh orang yang hendak masuk agama ini?" tanya Usaid.

Usai Usaid memeluk Islam, orang-orang Madinah berbondong-bondang berdatangan kepada Mush'ab dan masuk agama Allah SWT. Kaum Quraisy semakin murka mendengar kabar kejayaan Islam di Madinah, hingga meletuslah Perang Badar yang dimenangkan kaum muslimin.

Baca Juga: Kisah Ali bin Abi Thalib, Juru Tulis Nabi Berjuluk Gerbang Pengetahuan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya