"Gak Pakai Surat, Saya Dulu Nikah Cuma Potong Sapi"
Menjadi 'pengantin baru' di ujung usia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Toli tak bisa menutupi rasa harunya. Saking girangnya, pria 55 tahun ini berkali-kali mencium pipi sang istri, Jumari (60). Maklum, inilah pertama kalinya sejak 38 tahun lalu, pernikahan mereka mendapat pengakuan dari negara.
"Senang rasanya. Dulu saya kawin ya kawin siri saja gak pakai surat-suratan. Pokoknya sesuai adat Madura motong sapi ya sudah," ujarnya, Selasa, (12/12). Kini, pria enam anak ini pun bisa menikmati hari tua dengan tenang.
Toli dan Jumari merupakan salah satu dari 79 pasangan yang menjadi peserta nikah massal yang diadakan oleh Dinas Sosial Kota Surabaya. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan ini mengaku senang dengan adanya nikah massal ini. Apalagi, mereka tak dipungut biaya sepeserpun. "Ndak, ndak ada mbayar saya," ujar warga Kecamatan Asemrowo ini.
Baca juga: Murah Tapi Elegan, 10 DIY Kertas Doily Untuk Resepsi Pernikahan
Jadi 'pengantin baru' setelah puluhan tahun.
Lain halnya dengan Sukiman (63). Dirinya mengaku mengikuti program nikah massal demi kepastian hukum bagi anak-anaknya. "Untuk memperoleh akte buat anak sekolah. Karena anjuran pemerintah (untuk nikah massal)," ujarnya sambil meneteskan air mata bahagia. Bersama Sutimah (42), dia telah membina rumah tangga sejak tahun 1994 lalu.
Hingga kini, mereka telah dikaruniai 7 orang anak dan satu orang cucu. "Tentu ini akan membuat kami lebih bahagia," ujarnya.
Editor’s picks
Baca juga: Nikah Massal, Surabaya Resmikan 79 Pasangan