Pilpres 2024, Partai Masyumi Reborn Mencak-mencak soal Aturan Pemilu
Masyumi Reborn mau ambang batas pencalonan presiden 0 persen
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Indonesia akan menggelar pemilihan umum, termasuk didalamnya pemilihan presiden (pilpres), pada 2024. Bagaimana persiapan partai-partai baru menghadapi pemilu mendatang?
Partai Masyumi Reborn mengaku masih fokus ke aturan perundang-undangan saja, terutama terkait ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold).
"Masyumi itu konsen bukan pada calon, sekarang ini adalah bagaimana agar syarat konstitusi itu bisa dilaksanakan dalam pilpres. Apa syarat konstitusi itu? Di konsitusi itu jelas bahwa calon presiden dan wakil presiden itu hanya dicalonkan oleh partai politik dan gabungan partai politik. Tidak ada syarat 20 persen," ujar Ketua Umum Partai Masyumi Reborn, Ahmad Yani, saat dihubungi, Selasa (3/8/2021).
Diketahui, ada sejumlah aturan agar partai politik (parpol) atau gabungan parpol bisa mengusulkan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres)-nya, yakni memenuhi ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) sebesar 20 persen dari jumlah kursi di DPR atau 25 persen suara sah nasional pada pemilu sebelumnya.
Baca Juga: Golkar Usung Airlangga Jadi Capres 2024, Pasangan dari Sipil-Militer?
1. Ahmad Yani ingin ambang batas pencalonan presiden 0 persen
Dia menerangkan, Masyumi Reborn sedang memperjuangkan agar ambang batas pencalonan presiden 0 persen. Dengan ambang batas 0 persen, lanjutnya, akan membuka peluang untuk menghadirkan calon terbaik di pilpres.
"Orang kita lagi mempersoalkan betul yang namanya presidential threshold. Dengan presidential threshold menjadi kosong atau zero maka banyak peluang, maka disitu mungkin Masyumi punya calon sendiri nanti, bukan calon dari orang," ujarnya.
Ahmad Yani menilai, syarat untuk mengikuti Pemilu 2024 berat. Karena syarat yang terlalu berat, dia memperkirakan hanya ada satu capres dan cawapres.
"Kalau modelnya kayak kemarin, jangan-jangan kita satu calon (capres-cawapres di Pilpres 2024), nanti hanya berhadapan dengan kotak kosong. Ini betapa celakanya bangsa ini kalau seperti itu," tambahnya.
Baca Juga: Puan Rajin Pasang Baliho, PDIP: Itu Alat Peraga Sampaikan Pesan Prokes