TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

AHY Sebut Tawaran Cagub DKI Bagi Moeldoko Cuma Satir

Partai Demokrat belum bahas Pilkada DKI

Ketum PD Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) dan KSP Moeldoko (kanan) (ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat/Aditya Pradana Putra)

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyatakan tawaran islah dan peluang Moeldoko menjadi calon gubernur DKI Jakarta sekadar satir. Pernyataan yang dilontarkan oleh salah satu kader Demokrat itu, kata dia, tidak serius. 

"Itu sebuah satir politik yang sangat mungkin dipersepsikan, tetapi sama sekali kami tidak pernah membahas terkait pilkada (DKI Jakarta), apalagi cagub DKI. Gak ada angin atau hujan tiba-tiba membicarakan cagub DKI kan gak relevan," ungkap AHY ketika berbicara di program yang tayang di stasiun Kompas TV dan dikutip dari YouTube pada Jumat (9/4/2021). 

Pernyataan satir itu kali pertama disampaikan politikus Demokrat Rachland Nashidik melalui akun media sosialnya. Namun, cuitan yang diunggah pada 31 Maret 2021 lalu itu menimbulkan kehebohan dan persepsi seolah-olah usai ada keputusan dari Kementerian Hukum dan HAM, AHY malah ingin merangkul Kepala Staf Presiden (KSP) tersebut. 

"Saya tegaskan tidak ada deal atau konsensus apa pun. Yang jelas mereka adalah perampok dan perampas partai yang harus mendapat sanksi secara psikologis," tutur dia lagi. 

Putera sulung Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menyayangkan sikap kubu Moeldoko. Meski Kongres Luar Biasa di Deli Serdang tak diakui oleh Kemenkum HAM, mantan panglima TNI itu tak meminta maaf. 

"Jadi, selama permintaan maaf itu tak dilakukan, ya kami akan tetap siaga dan melawan mereka," ujarnya. 

Apakah AHY bersedia memaafkan para kader yang ikut gerbong KLB?

Baca Juga: KLB Ditolak, AHY Tawarkan Moeldoko Islah dan Peluang Pilgub DKI 2024

1. AHY akan memaafkan kader yang membelot, tapi tak melupakan upaya kudeta

Infografis sejarah kepemimpinan Partai Demokrat (IDN Times/Sukma Shakti)

Ketika melakukan kunjungan ke kampung halaman ayahnya di Pasuruan, Jawa Timur, AHY mengatakan akan memaafkan para kader yang sempat membelot dengan ikut KLB di Deli Serdang, Sumatera Utara, pada 5 Maret 2021. Tetapi, ia mengaku tak bisa melupakan segala tindakan pengkhianatan yang dilakukan oleh para kader itu. 

"Prinsip kami, maafkan tetapi tidak begitu saja dilupakan. Forgive but not forget, itu prinsp umumnya," ujar AHY dalam keterangan tertulis pada Senin, 5 April 2021. 

Ia pun membuka peluang bagi kader yang menyesal lalu ingin kembali ke Demokrat. Tetapi, proses penerimaan mereka kembali juga harus melalui sejumlah pertimbangan. 

"Ada juga tata caranya bila orang per orang ingin kembali. Mereka harus menyesali perbuatannya dan tidak akan melakukan hal serupa. Selain itu ada ukuran-ukuran juga," kata dia. 

Ukuran yang dimaksud AHY yakni tingkat pelanggaran yang telah dilakukan oleh masing-masing kader. Sebab, meski mereka ikut di KLB Deli Serdang, tapi setiap kader memiliki motif yang beragam. Namun, inisiator KLB terdiri dari 10 orang. 

2. AHY bantah kepengurusan Demokrat didominasi keluarga SBY

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (Tangkapan layar YouTube Partai Demokrat)

Salah satu hal yang kerap dikritik oleh Demokrat kubu Moeldoko yaitu parpol berlambang mercy yang kini dipimpin AHY didominasi oleh trah Cikeas alias keluarga SBY. Bila melihat struktur kepemimpinan di PD hal itu tak sepenuhnya keliru.

Selain AHY yang terpilih menjadi ketua umum, sang adik Edhie "Ibas" Baskoro ditunjuk menjadi wakil ketua umum. Sedangkan, SBY menjadi ketua majelis tinggi partai. 

Tetapi, AHY menepis anggapan itu. Ia menyebut struktur kepengurusan di DPP Demokrat diisi individu yang datang dari beragam generasi. 

"Gak juga (didominasi Cikeas). Yang jelas keluarga Yudhoyono itu memang bagian dari (Partai) Demokrat. Justru Demokrat juga mengingat apa yang dilakukan oleh Pak SBY sejak menggagas dan membesarkannya. Beliau juga yang menyelamatkan Partai Demokrat pada 2012 dan 2013," ungkap di program itu. 

Ia menjelaskan terpilihnya SBY menjadi ketua majelis tinggi partai berdasarkan proses aklamasi dari pemilik suara di Demokrat. Ia turut mengklaim tidak ada pemaksaan kepada kader agar memilih AHY dalam kongres kelima di Jakarta pada 2020. 

"Silakan dicek apakah ada (kader) yang dipaksa, diintimidasi, atau ditakut-takuti. Saya rasa kalau mereka bisa berbicara saya rasa mereka akan mengatakan itu tidak ada. Bahkan, mereka kerap memberi masukan," kata AHY. 

Baca Juga: Klaim Masih Jadi Ketum Demokrat, Moeldoko Ucapkan Duka Bagi NTT 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya