Disebut Masuk Dalam Jajaran Penyidik 'Taliban', Novel Tak Ambil Pusing
"Saya malah ingin tahu perilaku mana yang disebut radikal"
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Di tengah ketidakjelasan kasus teror air keras yang menimpanya dua tahun yang lalu, Novel Baswedan kembali dihantam isu negatif. Lantaran ia berjenggot dan sering mengenakan celana cingkrang, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu justru dianggap telah terpapar paham Islam radikal. Ia dikatakan masuk dalam jajaran penyidik kelompok Taliban.
Apalagi dalam pemberitaan Majalah Tempo pada Januari 2018 lalu, Novel mengakui ia ikut dalam aksi damai 212 di Monas.
Sebenarnya ini bukan kali pertama Novel dihantam isu bahwa ia ikut dalam aliran Islam radikal. Isu serupa lebih kencang menghantamnya pada 2018 lalu, di mana momentumnya berbarengan dengan ia menuntut agar dibentuk Tim Pencari Fakta Independen di bawah kendali Presiden.
Kini, isu itu muncul kembali dan viral gara-gara tulisan penggiat media sosial Denny Siregar yang ia unggah pada (13/6) lalu.
Di dalam tulisan berjudul "Ada Taliban di Dalam KPK"?, ia menyebut ada dua kelompok yang dikenal dengan nama "Polisi Taliban" dan "Polisi India".
"Saya kurang tahu yang dimaksud dengan Polisi India. Mungkin mirip dengan Polisi India yang baru datang setelah kejadian sudah selesai," tulis Denny.
Sedangkan, "Polisi Taliban" yang dia maksud, kata Denny lagi, adalah kelompok agamis dan ideologis. Walau tidak menyebut nama, namun Denny jelas memasukan Novel ke dalam kelompok "Polisi Taliban" tersebut.
Tanpa bukti yang jelas, Denny kemudian menuding kelompok Taliban di dalam KPK diklaim memiliki posisi yang sangat kuat. Sehingga, merekalah yang menentukan kasus apa yang harus diangkat ke permukaan dan kasus mana yang dikandangkan.
Tulisan itu kemudian disebarluaskan oleh kader Nahdlatul Ulama, Akhmad Sahal melalui akun Twitternya @sahaL_AS.
Lalu, apa komentar Novel terkait persepsi dan label radikal yang disematkan oleh sebagian orang kepadanya? Apakah hal itu mengganggu kinerjanya dalam memberantas isu korupsi?
Baca Juga: Paham Radikal Telah Menyebar di KPK, Kekhawatiran Semu atau Fakta?
1. Novel mengaku bingung mengapa ia dilabeli masuk kelompok Taliban
Ketika dikonfirmasi oleh media, Novel justru mengaku bingung mengapa ia dilabeli radikal. Sebab, selama ini tidak ada gelagatnya yang menunjukkan ia masuk ke dalam kelompok tersebut.
"Kaitannya apa disebut (saya ini) masuk (polisi) Taliban? Kaitannya apa disebut dengan radikal? Justru seseorang yang disebut memiliki jenggot seperti saya kadang kala menggunakan celana yang sedikit sesuai dengan sunah Rasul, terus dipermasalahkan, menurut saya yang bersangkutan kurang pengetahuan," kata Novel yang ditemui di gedung KPK pada Kamis (20/6).
Ia menambahkan ketika seseorang kurang ilmu pengetahuan agama maka harus diberikan pencerahan. Tapi, sosok yang pas menyampaikan ilmu tersebut adalah tokoh agama.
"Ketika ada perilaku saya yang disebut radikal, saya malah kepengen tahu perilaku mana yang disebut radikal itu," tutur penyidik yang disiram air keras usai ia menunaikan salat subuh di masjid dekat rumahnya tersebut pada 2017 lalu.
Baca Juga: Yenti Garnasih: Jangan Ribut Soal Pansel, Musuh Kita Itu Koruptor!