Gunung Anak Krakatau Erupsi, Semburkan Abu Setinggi 3.157 Meter
Gunung Anak Krakatau saat ini berstatus siaga
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Gunung Anak Krakatau, Lampung, mengalami erupsi pada Rabu (4/1/2023). Berdasarkan data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG), semburan abunya mencapai 3.157 meter.
PVBMG pun sempat mengeluarkan larangan bagi masyarakat agar tidak beraktivitas hingga radius lima kilometer dari kawah gunung. Erupsi susulan kembali terjadi pada Kamis dini hari (5/1/2023).
Kali ini, tinggi kolom letusan teramati sekitar 750 meter di atas puncak atau sekitar 907 meter dari atas permukaan laut. PVBMG melaporkan ketika laporan ditulis, erupsi masih berlangsung.
"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah timur laut. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi 1.590 detik," demikian yang dikutip dari laman Magma Indonesia.
Lalu, bagaimana status Gunung Anak Krakatau saat ini?
Baca Juga: Cerita Warga Pulau Sebesi 'Sudah Rukun' dengan Gunung Anak Krakatau
1. Anak Krakatau masih berstatus level III atau siaga
Sementara, dikutip dari akun resmi Twitter PVBMG, status Gunung Anak Krakatau saat ini masih berada di level III atau siaga. Berdasarkan keterangan PVBMG, level III ditentukan berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental memperlihatkan peningkatan aktivitas yang semakin nyata atau gunung api mengalami erupsi.
Gunung berapi dengan status level III siaga, artinya ada peningkatan seismik yang didukung dengan pemantauan vulkanik lainnya, serta terlihat jelas perubahan, baik secara visual maupun aktivitas kawah. Berdasarkan analisis data observasi, kondisi itu akan diikuti dengan letusan utama. Artinya, jika peningkatan aktivitas gunung api terus berlanjut, kemungkinan erupsi besar mungkin terjadi dalam kurun dua pekan.
Ketika status level III siaga, penyuluhan dilakukan secara lebih intensif, dengan sasaran penduduk yang tinggal di kawasan rawan bencana. Di samping itu, masyarakat kawasan rawan bencana juga harus sudah siap bila sewaktu-waktu perlu mengungsi.
Baca Juga: Anak Krakatau Siaga, Nelayan dan Wisatawan Dilarang Mendekat