TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Muhammad Sanusi: Ada Napi Koruptor Jatuh Miskin Usai Ditahan di Lapas

Tapi, ada napi yang mampu bayar mahal untuk fasilitas mewah

(Terpidana Muhammad Sanusi) ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Jakarta, IDN Times - Terpidana kasus suap reklamasi, Muhammad Sanusi, mengatakan isi sel di dalam Lapas Sukamiskin tidak hanya napi koruptor yang mayoritas berduit. Menurut dia, ada juga lho napi koruptor yang tidak mampu. Bahkan, jatuh miskin usai ditahan di lapas tersebut. 

"Kalau Anda tidak percaya, silakan datang ke sana," kata Sanusi yang ditemui pada Rabu (1/8) usai mengikuti sidang Peninjauan Kembali (PK) di Pengadilan Tipikor.

Ia menyebut sebagian besar atau lebih dari 90 persen napi di dalam Lapas Sukamiskin adalah orang yang tidak mampu. Tidak sedikit narapidana yang bingung bagaimana mereka akan melanjutkan hidup setelah keluar dari Lapas Sukamiskin.

Tapi, masa sih? Karena berdasarkan hasil Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), justru sebagian besar napi bersedia membayar lebih mahal agar selnya diisi fasilitas mewah. 

Baca Juga: Staf Khusus Ahok Diduga Terlibat Kasus Suap M Sanusi, Apa Tugasnya?

Baca Juga: Ini Fakta Baru soal Sel Palsu di Lapas Sukamiskin

1. Sanusi mengaku sering jadi tempat curhat napi koruptor yang bangkrut

penningtonsheriff.org

Dengan raut wajah yang serius, Sanusi seolah memberikan sinyalemen bahwa apa yang dikatakannya bukan isapan jempol semata. Bahkan, ia mempersilakan media untuk mengecek langsung kondisi di dalam lapas dan berbicara dengan para napi di Lapas Sukamiskin, Bandung.

Sanusi mengaku sering menjadi tempat curhat para napi koruptor yang tengah menjalani masa hukuman di sana. Menurutnya, tidak semua napi koruptor adalah orang kaya.

"Hampir sebagian besar, lebih dari 90 persen yang katanya napi tipikor, sebenarnya (orang) tidak mampu," ujar Sanusi.

Ia menjelaskan, napi kasus korupsi ada yang jatuh bangkrut usai masuk penjara. Padahal, mayoritas para napi itu adalah tulang punggung keluarga.

"Ada yang anaknya harus berhenti sekolah. Ada yang istrinya harus (bekerja) macam-macam gak karuan. Yang (cerita) ke saya, ada (napi korupsi) nangis-nangis, anaknya tidak bisa ujian. Sudah 11 bulan tidak bayaran," tutur dia.

Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Dikecam Karena Reklamasi, Begini Jawaban Anies

2. Sanusi dan napi lain kemudian mendirikan baitulmal

Muhammad Sanusi (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Untuk itu, Sanusi dan beberapa napi koruptor lainnya membentuk baitulmal di Lapas Sukamiskin. Ia kemudian ditunjuk menjadi ketua.

Fungsi dari baitumal adalah mengumpulkan dana dari napi kasus korupsi yang memiliki dana lebih. Dana tersebut kemudian akan digunakan untuk membantu napi lain yang membutuhkan.

"Contoh, orang (napi) ada yang mau pulang, dibebaskan, dia pulang pakai apa? Gak ada (biaya). Terus pulang gimana caranya? Ada baitulmal. Kami kasih ongkos, banyak sekali. Ada pula yang sakit, sampai diopname, ada yang stroke, ada yang kakinya lumpuh ada yang anaknya gak bisa sekolah, gimana? Mau minta tolong ke siapa? Sementara, dia ada di dalam penjara," kata mantan Ketua DPRD DKI itu memberikan contoh.

Oleh sebab itu, ia berharap publik tidak menghakimi para napi yang ditahan di Lapas Sukamiskin. Kesan yang dimunculkan para napi masih bisa hidup nyaman di dalam lapas asal memiliki uang yang banyak.

"Jangan lah teman-teman bikin menderita yang di sana (lapas). Percaya deh, pemiskinan itu bukan soal harta, tapi miskin spiritual, mental, jiwa, dan sosial," katanya lagi.

Baca Juga: KPU: Tujuh Bacaleg Mantan Narapidana Korupsi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya