TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Susi Pudjiastuti Apresiasi Mega yang Suarakan soal Ekspor Baby Lobster

"Sudah satu tahun Susi tunggu, Susi frustasi"

Susi Pudjiastuti (Dok. IDN Times/Istimewa)

Jakarta, IDN Times - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pudjiastuti mengucapkan terima kasih kepada Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri karena sempat menyinggung soal ekspor bayi lobster. Susi seolah mendapat dukungan penuh dari Mega untuk ikut menjaga sumber daya laut Indonesia. 

Mega sempat menyinggung soal ekspor bayi lobster ketika berbincang dengan 47 penerima penghargaan Kalpataru secara virtual pada Kamis, 7 Januari 2021. Di dalam dialog itu, Mega mengaku tak habis pikir mengapa komoditas bayi lobster justru diberikan ke negara lain untuk diekspor. 

"Yang namanya hanya karena masalah benur, aduh aku tuh kalau lihat benur kan sudah halus, anak lobster, kecil. Paling besarnya segini (sambil menunjukkan jari kelingkingnya). Bening. Saya sampai mikir, kenapa ya maksud saya hanya karena uang, kita berikan milik kita sendiri?" tanya Mega kemarin. 

Susi pun menyambut baik komentar itu. Sebab, Menteri KKP yang menggantikan Susi, Eddhie Prabowo langsung menganulir kebijakannya dan membuka keran ekspor bayi lobster. 

"Terima kasih akhirnya ibu bersuara. Sudah satu tahun Susi tunggu. Susi sendiri, Susi (merasa) frustasi. Jaga lautan untuk masa depan generasi yang akan datang, sekarang hanya Ibu, Ibu Mega yang bisa menghentikan semua yang telah rusak dalam satu tahun terakhir. Hari ini indah untuk Susi," ungkap Susi melalui akun media sosialnya @susipudjiastuti pada Kamis kemarin. 

Apa saran Mega untuk komoditas bayi lobster yang kini diincar oleh Vietnam agar dapat diekspor ke Tiongkok?

Baca Juga: Ekspor Benur Bali-Vietnam Dihentikan Setelah Edhy Prabowo Ditangkap

1. Mega mengusulkan agar bayi lobster dibiarkan hidup hingga usia tertentu, baru ditangkap

Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri ketika berbincang dengan penerima Kalpataru (Tangkapan layar Zoom)

Perempuan yang menjadi pernah menjabat presiden kelima Indonesia itu mengatakan seharusnya bayi lobster tetap dibiarkan hidup di laut. Jangan malah ditangkap lalu diekspor. Mega mengatakan bayi lobster itu sebaiknya ditangkap pada usia tertentu. 

"Biarkan dia hidup di laut, senang-senang berenang sampai suatu saat ada klasifikasi ukuran yang boleh ditangkap itu. Tidak ada kita klasifikasi itu lho," kata Mega. 

Ia pun menyentil tidak bisa urusan lingkungan menjadi semata-mata tanggung jawab Kementerian Lingungan Hidup (KLH). "Never happens, tidak bisa. Orangnya tidak cukup untuk menjaga," ujarnya lagi. 

Menurut Mega permasalahan soal ekspor benur tidak menjadi panjang karena sudah ada larangannya. 

2. Susi Pudjiastuti mengaku frustasi banyak kebijakan yang merusak laut tapi tak didengar pemerintah

Eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Melalui akun media sosialnya, Susi juga sempat menulis bahwa ia frustasi ada banyak kebijakan yang justru merusak laut. Namun, tetap dibiarkan. "Cantrang, (penggunaan) trawl, ilegal fishing, perdagangan coral. Semua cuma Ibu (Mega) yang bisa hentikan. Kawani Susi untuk jaga laut, Ibu. Larang yang merusak lautan," tulis Susi lagi.

Cuitan Susi Pudjiastuti di akun media sosial untuk menanggapi pernyataan Megawati (Tangkapan layar akun Twitter Susi Pudjiastuti)

Ia pun menaruh harapan agar Mega bisa ikut mencegah kerusakan di laut yang terjadi dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Sementara, di program Mata Najwa yang tayang pada 23 Desember 2020 lalu, Susi mengakui baru menyadari bayi lobster adalah komoditas yang menguntungkan nelayan ketika menjadi Menteri KKP.

"Yang membuat nelayan kaya bukan bibitnya, tapi lobster (berukuran) besar, karena pengambilannya bisa sustain, so I wanna do something for that. Tapi, kalau sekarang saya sudah tak punya kekuatan lagi. But, at least, saya sharing logika (berpikir)," kata perempuan pemilik maskapai Susi Air itu. 

Di program itu, Susi menegaskan apapun sumber daya laut seperti ikan, udang, lobster adalah SDA yang bisa diperbarui. Namun, minyak dan gas tidak termasuk SDA klasifikasi itu. 

"Renewable resources itu kalau dijaga akan banyak dan terus ada untuk sekarang serta masa depan. Untuk kita dan anak cucu kita. Tetapi, kalau dikelola dengan cara menambang," ujarnya. 

Ia juga merasa frustasi karena aspirasinya mengenai tata kelola laut tidak didengar oleh pemerintah yang berkuasa saat ini. Mayoritas orang-orang di dalam pemerintah, kata Susi, pemilik usaha tambang. 

"Kalau orang tambang itu ya gali sebanyak-banyaknya supaya kena kita semua," tutur dia lagi. 

Baca Juga: Fahri Hamzah Bantah Berikan Duit Suap untuk Dapat Izin Ekspor Benur

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya